Minta Cicilan Motor dan Rumah Dibiayai Negara, Misbakhun: Ini Solusi Atasi Daya Beli

Oleh : Candra Mata | Jumat, 07 Agustus 2020 - 09:20 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta, Anggota Komisi XI DPR RI Mukhamad Misbakhun menilai dilihat dari data BPS Badan Pusat Statistik, saat ini pertumbuhan ekonomi di Kuartal II Tahun 2020 sudah minus 5,32 persen, maka secara teknikal Indonesia sudah mengalami resesi. 

"Namun saat ini yang menjadi bukan permasalahan resesi atau tidak, melainkan memberikan solusi terhadap permasalahan ekonomi yang sedang dihadapi. Pandemi Covid-19 telah mengakibatkan aktivitas masyarakat terhenti, dan kemudian memberikan dampak ekonomi, ini yang harus diselesaikan," ujar Misbakhun dalam keterangannya kepada Pers di DPR Kamis (6/8).

Menurutnya ada permasalahan yang tidak bisa diselesaikan seketika, tetapi ada juga permasalahan yang memang harus dihadapi dengan kebijakan-kebijakan baru. Salah satunya dengan mengatasi penurunan daya beli.

"Bagaimana mengatasi penurunan daya beli ini? Menurut saya dengan meningkatkan bantuan sosial. Saya usulkan kalau perlu kelompok masyarakat rentan, baik individual maupun kelompok usaha, listriknya dibebaskan, cicilan motor, cicilan rumah dibiayai oleh negara," ungkap Misbakhun.

Terkait usulan cicilan kendaraan dan cicilan rumah dibiayai oleh negara, menurutnya sangat penting dilakukan sebagai upaya untuk menjaga daya beli masyarakat.

"Uang yang mereka pakai untuk membayar tagihan tersebut nantinya bisa digunakan untuk menjaga kesinambungan daya beli mereka," jelasnya.

Setelah semua itu dilakukan menurutnya, pemerintah tinggal mencari bagaimana strategi pembiayaanya. 

Usulan tersebut menurutnya didasarkan oleh data dimana lebih dari 57 persen kontribusi pembentuk pertumbuhan ekonomi Indonesia itu adalah sektor konsumsi rumah tangga. 

"Kalau konsumsi rumah tangganya terpukul karena kondisi pandemi, sementara kebijakan pemerintah belum menyasar ke sana, maka Indonesia akan tambah terpuruk," tegasnya.

Dijelaskannya lebih lanjut, berdasarkan data BPS, konsumsi rumah tangga pada kuartal II 2020 mengalami kontraksi 5,51 persen years of years (yoy). 

Menurutnya penurunan konsumsi rumah tangga tersebut cukup dalam, mengingat pada kurtal-II 2019 lalu masih tumbuh 5,18 persen yoy. 

"Makanya saya tadi katakan, seharusnya defisit itu sudah tidak lagi menjadi isu utama. Peyelamatan terhadap perekonomian negara lah yang harus diutamakan," tandas Misbakhun.