Ngeri! Pengamat Penerbangan Sebut Nafas Garuda Indonesia Hanya Akan Bertahan Sampai 2024

Oleh : Ridwan | Kamis, 16 Juli 2020 - 13:05 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta - PT Garuda Indonesia (Persero) dinilai hanya akan mampu bertahan empat tahun atau hingga 2024 meski mendapat dana talangan pemerintah sebesar Rp 8,5 triliun. 

Anggaran itu dianggap hanya memperpanjang nafas perseroan.

Pengamat penerbangan dari Arista Indonesia Aviation Center (AIAC) Arista Atmadjati mengatakan, beban utang yang ditanggung maskapai penerbangan nasional plat merah yang mencapai USD2 miliar atau Rp31,9 triliun membuat kondisi perusahan tidak akan bertahan lama.

Walau pemerintah akan menggelontorkan dana Rp8,5 triliun, kata dia, anggaran tersebut justru hanya bermanfaat dalam jangka pendek saja. Sementara pada jangka panjang, bunga pinjaman justru menjadi beban baru bagi Garuda indonesia.

"Saya menilai kemampuan Garuda hanya mampu bertahan minimal sampai 2024 saja. Walau ada dana talangan, itu memperpanjang nafas saja, setahun ini ada pandemi keuangan Garuda memang berdara dara," ujar Arista di Jakarta (15/7/2020).

Menurutnya, dana talangan yang diberikan pemerintah kepada Garuda Indonesia pada dasarnya bersifat membantu. Meski begitu, ada dimensi bisnis yang tidak bisa dilepaskan dari bantuan tersebut. 

"Artinya, pemerintah berharap ada keuntungan yang nanti diperoleh yakni bunga pinjaman. Harapan itu, manakala Garuda mampu keluar dari fase krisisnya," jelasnya.

Dijelaskan Arista, saham Garuda Indonesia tidak secara penuh dimiliki negara. Ia memperkirakan setidaknya 3,2% saham perseroan dimiliki swasta dan sisanya dimiliki negara. 

"Karena itu, faktor bisnis dalam bantuan tidak bisa dipungkiri," ungkap Arista.

Arista mencatat, walau saat ini Kementerian BUMN sudah mengambil sejumlah langkah strategis untuk menyelamatkan perseroan dari tekanan keuangan. Tapi persoalan akan berbeda jika langkah tersebut tidak dilakukan pemerintah setelahnya. 

"Pak Erick full membantu Garuda, bahwa sampai 2024 masih aman karena di backup full BUMN, tapi gak tau di tahun 2025? Kemungkinan sesuatu yang akan terjadi," ujarnya.

Sebelumnya, Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan, pihaknya memproyeksikan kerugian Garuda Indonesia tahun ini mencapai USD1,1 miliar atau setara Rp16 triliun. 

Kerugian itu selain merosotnya pendapatan perseroan juga termasuk beban bunga dari dana talangan sebesar Rp 8,5 triliun.