Industri Keramik Kalang Kabut Harga Gas Tak Kunjung Turun, Asaki Beri Ultimatum PGN Hingga Menkeu

Oleh : Ridwan | Selasa, 02 Juni 2020 - 18:30 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta - Asosiasi Aneka Keramik Indonesia (Asaki) mendesak PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGN) sebagai suplier utama gas untuk industri agar segera bisa menyesuaikan sesuai Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM No. 89 Tahun 2020 yang mana harga gas sebesar US$ 6 per MMBTU mulai berlaku sejak 13 April 2020.

"Implementasi penurunan harga gas ke US$ 6/MMBTU dari Permen ESDM No.8/2020 dan Kepmen ESDM No.89/2020 sampai posisi sekarang belum dinikmati industri dan kami sudah mendesak PGN sebagai suplier utama gas untuk segera melaksanakan perintah tersebut," kata Ketua Asaki Edy Suyanto kepada Industry.co.id di Jakarta, Selasa (2/6/2020).

Tak hanya itu, Asaki juga berharap tagihan pemakaian gas di bulan Juni nanti untuk pemakaian gas di bulan Mei sudah menggunakan harga US$ 6 dan juga mengkompensasi pembayaran gas bulan Mei yang lalu karena industri keramik tengah lesu penjualan akbiat Covid-19.

"Cashflow kami sudah sangat terganggu akibat Covid-19 ditambah lagi terbatasnya kegiatan penjualan akibat PSBB," tambahnya.

Asaki juga meminta PGN untuk meniadakan minimum charge untuk pemakaian gas di bulan Juni dan Juli selama pandemi Covid-19.

"Kebanyakan industri keramik yang awal rencananya akan kembali produksi di awal Juni 2020 terpaksa menunda kembali produksinya ke minggu ketiga Juni dan awal Juli dengan mempertimbangkan berakhirnya penerapan PSBB di kota-kota besar terutama di Jawa karena toko keramik dilarang beroperasi selama PSBB," papar Edy.

Selain itu, Edy juga meminta Menteri Keuangan untuk segera mengeluarkan India dan Vietnam dari daftar negara yang dikecualikan dari pengenaan bea masuk tindakan pengamanan (BMTP).

Menurutnya, stimulus harga gas US$ 6 per MMBTU tidak akan optimal membantu pemulihan industri keramik pasca Covid-19 jika tidak disertai pengenaan safeguard untuk produk India.

Bersadarkan catatan yang dihimpun Asaki, angka impor untuk produk keramik asal India pada kuartal I/2020 naik 145 persen jika dibandingkan kuartal I tahun lalu. Sebagai informasi, tambahan harga gas India turun dari US$ 3,25 menjadi US$ 2,5 per MMBTau sejak April 2020.

"Sangat jelas industri akan semakin kehilangan daya saingnya dan pasar domestim yang saat ini mengerut akan didominasi oleh produk impor dari China, India dan Vietnam yang pada akhirnya memaksa industri keramik untuk mengurangi lagi mapasitas utilisasinya," tuturnya.

Sekedar informasi, utilisasi produksi nasional industri keramik di akhir Mei 2020 tinggal 30 persen dari sebelumnya 65 persen di awal tahun 2020. Sedangkan per akhir Mei 2020, total karyawan yang dirumahkan sudah lebih dari 15.000 orang. Namun, anggota Asaki tetap memperjuangkan untuk tidak melakukan PHK.

Asaki sangat berharap tatanan kenormalan baru atau New Normal segera diterapkan agar kegiatan usaha berangsur normal kembali.

"Karena percuma di satu pihak pemerintah mengizinkan industri dan kegiatan logistik atau distribusi untuk tetap beroperasixtapi penjualan dipaksa berhenti oleh pembatasan sosial berskala besar (PSBB)," terang Edy.