Wajib Berpakaian Adat Nusantara, Pegawai Kemenparekraf Terlihat Anggun dan Gagah

Oleh : Ridwan | Rabu, 06 November 2019 - 17:05 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta - Ada pemadangan berbeda di Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) pada setiap hari Selasa. Seluruh pegawai Kemenparekraf terlihat anggun dan gagah dengan balutan pakaian adat tradisional khas Indonesia.

Penggunaan pakaian adat dari berbagai daerah di Indonesia tersebut menindaklanjuti surat Plt. Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Nomor B-2106/MENKOMARITIM/HM 02.00/X/2019 tanggal 8 Oktober 2019 perihal Himbauan Penggunaan Pakaian Adat satu hari dalam seminggu di lingkungan Aparatur Sipil Negara (ASN).

Penerapan penggunaan pakaian adat di lingkungan Kemenparekraf dimulai pada hari Selasa minggu pertama bulan November 2019 yang bertepatan dengan pencanangan gerakan Selasa Berkebaya oleh Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK). Program tersebut dalam rangka melestarikan dan mengimplementasikan nilai-nilai budaya kebhinekaan dan wawasan kebangsaan di lingkungan ASN. 

Program ini pun disambut sangat antusias oleh seluruh pegawai di lingkungan Kemenparekraf, salah satunya seluruh jajaran pegawai Asisten Deputi (Asdep) Pengembangan Destinasi Regional II kemenparekraf.

"Sebagai anak bangsa, kami merasa bangga bisa menggunakan dan memperkenalkan pakaiaan adat yang merupakan ciri khas budaya Indonesia," kata Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata Area I Jakarta-Banten, Wastutik kepada Industry.co.id di Jakarta, Rabu (6/11).

Selain himbauan dari Kemenko Maritim, tambah Wastutik, ini juga merupakan arahan dari Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamenparekraf) bahwa setiap hari Selasa seluruh pegawai Kemenparekraf diwajibkan untuk bisa memakai pakaian tradisional Indonesia, dengan tujuan untuk bisa melestarikan budaya Indonesia.

"Program ini juga sebagai bentuk kecintaan kami yang jauh lebih dalam pada budaya Indonesia. Dan terlebih lagi agar budaya kita (Indonesia) tidak bisa lagi sembarangan diakui oleh negara lain," terangnya.

Wastutik berharap gerakan ini mampu memupuk persatuan, rasa nasionalisme, serta meningkatkan kecintaan anak bangsa untuk menggunakan busana dan hasil kerajinan Nusantara.

"Diharapkan gerakan ini juga bisa membantu menggerakkan perekonomian masyarakat. Semakin banyak yang mengenakan baju tradisional, semakin banyak pula kesempatan bagi perajin kain dan busana di daerah untuk meraih keuntungan secara ekonomi," tutup Wastutik.