Konsitensi Pemerintah Diperlukan Terkait Industri Slemter

Oleh : Herry Barus | Senin, 06 Maret 2017 - 08:25 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta —  Konsistensi pemerintah terkait dengan kebijakan pelarangan ekspor konsentrat sangat dibutuhkan dalam optimalisasi dan pengembangan industri smelter.

"Penghiliran industri berbasis mineral logam ini bergantung pada eksistensi pemerintah pelarangan ekspor mineral. Investor yang masuk ke Morowali, sejauh ini sudah menanamkan modal US$5 miliar hingga US$6 miliar untuk pembangunan smelter dan stainless steel, karena acuannya memang untuk mendukung penghiliran," kata Direktur Pengembangan PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), Dedy Mulyadi kepada awak media di Jakarta, Jumat (3/3)/2017).

Berdasarkan data IMIP, menurut Dedy, industri smelter feronikel dan stainless steel yang telah beroperasi dan berproduksi di antaranya PT Sulawesi Mining Investment (SMI) dengan kapasitas 300.000 ton, PT Indonesia Guang Ching Nickel dengan kapasitas 600.000 ton, PT Broly Nickel Industry 1.000 ton nickel mate serta PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel dengan produksi 1 juta ton.

"Sejauh ini, sudah ada lima industri feronikel dan stainless steel. Belum termasuk beberapa industri lain seperti kapur, kokas, kawasan ini sudah terintegrasi penuh dengan lima pelabuhan sehingga untuk kegiatan logistiknya lebih terakomodasi," papar dia.

Di sisi lain, penyerapan tenaga kerja telah mencapai sekitar 12.000 orang dan ditargetkan pada 2020 mencapai 20.000 seiring dengan pengembangan yang dilakukan.

Pada tahun ini, investor asal Eropa akan segera merealisasikan investasi di kawasan industri Morowali yang juga bergerak pada smelter feronikel serta penguatan power plant. Realisasi itu diharapkan menunjang seluruh kegiatan industri di kawasan tersebut yang saat ini didukung pasokan listrik 1.130 MW.