JETRO: Pembangunan Infrastruktur Dianggap Baik, Namun Upah Buruh dan Biaya Produksi Jadi Hambatan

Oleh : Ridwan | Kamis, 28 Februari 2019 - 19:15 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta, Japan external Trip Organization (JETRO) kembali mengeluarkan laporan tahunan yang merupakan hasil survei dari perusahaan-perusahaan Jepang yang berada di 20 negara atau wilayah, diantaranya 5 negara di Asia Timur, 9 negara di Asia Tenggara, 4 negara di Asia Barat, dan 2 negara di Oseania. 

Respon efektif dari perusahaan Jepang yang ada di Indonesia diperoleh dari 413 perusahaan, dengan rasio efektif 22 persen.

Yang membedakan pada laporan tahun 2019 atau yang ke-32 ini adalah laporan tersebut dibuka untuk umum, yang sebelumnya hanya dibuka untuk perusahaan Jepang.

Ada beberapa data yang menarik dalam laporan tersebut seperti masalah infrastruktur yang kurang sejak 2009, namun masalah tersebut tidak muncul lagi di 3 besar di tahun 2018. 

Masalah tenaga kerja yang pada tahun 2009 dianggap murah oleh 45,8 persen responden, namun pada 2018 hanya 23,8 persen responden yang berpendapat demikian.

Beberapa poin kesimpulan dari survei tersebut sebagai berikut:
1. Rasio jumlah perusahaan Jepang yang mengalami keuntungan pada tahun 2018 adalah 65,5 persen.
2. Rasio ekspor terhadap penjualan naik menjadi 24,2 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
3. Perusahaan yang menjawab bahwa kenaikan biaya produksi dan jasa berdampak negatif sangat besar terhadap kegiatan usaha ada 47 persen.
4. Masalah manajemen yang utama adalah rasio kenaikan upah buruh yang merupakan yang tertinggi diantara 5 negara utama ASEAN.
5. Permasalahan hambatan bisnis dalam bidang non-tarif.
6. Meskipun tingginya minat terhadap pengadaan bahan baku dan komponen di dalam negeri, namun tidak terlihat adanya perbaikan pada rasio pengadaan bahan baku dan komponen di dalam negeri.
7. Perusahaan Jepang yang berencana memperluas bisnisnya dalam 1-2 tahun kedepan, jumlahnya menurun sampai setengahnya.
8. Dengan adanya pembangunan infrastruktur, maka iklim Investasi Indonesia makin membaik.

"Laporan menyebutkan bahwa 80 persen responden menyatakan keuntungan dalam berinvestasi di Indonesia adalah skala pasar atau potensi pertumbuhan. Pada tahun 2013 ada 73,2 persen responden menyebut 'infrastruktur yang tidak memadai' sebagai resiko investasi, namun pada tahun 2018 turun menjadi 52,5 persen. Hal ini dapat dilihat sebagai keberhasilan dari langkah kebijakan pemerintah," Kata Mr. Keishi Suzuki, President Director JETRO di Jakarta (27/2).

"Namun masalah ketidakpastian kebijakan pemerintah daerah akan menjadi isu di masa mendatang. Karena sejak 2009 hingga 2018, responden mengatakan tidak ada perubahan yang signifikan," tambahnya.

"Perusahaan Jepang yang berencana ekspansi dalam 1-2 tahun ke depan jumlahnya menurun sampai setengahnya. Penyebabnya adalah kenaikan upah buruh dan kenaikan biaya pengadaan. Semoga ke depan pemerintah dapat memperbaiki isu tersebut," tutupnya.

JETRO Jakarta sudah berdiri sejak tahun 1959, sampai saat ini terus bervariatif meningkatkan ekonomi bilateral antara Indonesia dengan Jepang. Sejak tahun 1987 JETRO sudah mengadakan survei tahunan mengenai kondisi bisnis perusahaan Jepang di Asia dan Oceania, salah satunya Indonesia.