Cara LSPR-Jakarta Menggali Ragam Potensi anak-anak dengan spektrum Autism

Oleh : Kormen Barus | Kamis, 01 November 2018 - 22:32 WIB

INDUSTRY.co.id, Jakarta- Pendiri dan Direktur STIKOM LSPR, Prita Kemal Gani MBA, MCIPR, APR, kerapkali mengajak masyarakat untuk peduli Autisme. Menurutnya, perhatian dan kepedulian masyarakat terhadap berbagai permasalahan seputar autisme perlu terus ditingkatkan. Seperti pengaturan makanan, karena makanan merupakan hal yang esensial bagi anak dengan autisme. Selain itu juga adalah olahraga.

Salah satu karakteristik dari orang dengan gangguan spektrum autistik, jelas Prita, ialah mempunyai kesulitan untuk berkomunikasi baik verbal maupun non-verbal. Hal itu juga yang menjadi tantangan bagi LSPR  untuk membantu anak-anak dengan spektrum autistik, seperti dengan mengkomunikasikan tentang autisme kepada masyarakat umum, sehingga masyarakat menjadi paham, menerima bahkan dapat membantu mengembangkan potensi dari anak-anak dengan spektrum autistik.

“Diharapkan dengan berbagai pemahaman tentang autisme,dapat menciptakan kesadaran bagi orangtua,  wali,  pendidik untuk mengetahui gejala autisme sejak awal, sehingga anak-anak dengan spektrum autistik dapat segera mendapatkan terapi dan perlakuan yang seksama,”jelas ibu yang terkenal low profile ini.

Prita Kemal Gani, pendiri kampus ini, memiliki tujuan mulia dan pemikiran brilian bahwa LSPR-Jakarta tidak sekadar mencetak lulusan. Selain fokus pada pendidikan public relations, mahasiswa LSPR pun  banyak dibekali dengan ragam kegiatan yang bisa mengasah kemampuan  untuk berbisnis dan kegiatan sosial. Hal itu dapat terlihat adanya pusat wirausaha. Kemudian secara rutin mengadakan kegiatan seni teater, pertunjukan musik, hingga mendidik mahasiswa dalam kegiatan sosial, seperti kegiatan peduli autisme. Untuk Autisme sendiri, Prita, mengatakan, sebagai Perguruan Tinggi Ilmu Komunikasi LSPR-Jakarta merasa perlu untuk peduli terhadap Autisme.

Di benak Prita, Autisme adalah gangguan yang mencakup perilaku, interaksi sosial dan komunikasi bagi anak-anak. Dirinya melalui LSPR akhirnya terpanggil untuk memberikan pendidikan dan pemahaman tentang Autisme pada masyarakat luas. Agar anak-anak yang terdeteksi Autisme dapat diterima dan dipahami oleh masyarakat umum di tengah kelebihan maupun kekurangannya. Kemudian, berbagai pemahaman tentang autisme dapat menciptakan kesadaran bagi para orang tua/ wali/ pendidik untuk mengetahui gejala Autism sejak awal sehingga anak-anak yang terdeteksi spektrum autistik dapat segera mendapatkan terapi dan perlakuan yang sama.

“Kami berusaha untuk memberi kekuatan kepada setiap orang untuk memahami, menerima dan mengembangkan potensi orang-orang dengan Autistic Spectrum Disorder (ASD). Intinya kami ingin menjadi katalisator demi perubahan,” tandasnya.

Dalam rangkaian itu,  ASEAN Autism Games (AAG) yang telah digelar pada tanggal 20 - 21 Oktober 2018 di GOR Soemantri, Indonesia menjadi perhatian LSPR. Acara olahraga kata Prita, sukses menarik lebih dari 500 peserta autisme, para keluarga dan para pendukung mereka yang berasal dari Indonesia, negara-negara anggota ASEAN lainnya, dan Jepang.

Cabang olahraga yang dilombakan adalah lari dan renang, serta peserta dapat mengikuti permainan tradisional Indonesia. Salah satu puncak acara AAG 2018 adalah permainan baru seperti Dodgebee.

Bersamaan dengan berlangsungnya AAG, diadakan pertemuan tahunan Dewan Eksekutif ASEAN Autism Network (AAN) pada tanggal 19 Oktober 2018. Dalam pertemuan ini, anggota dewan membahas berbagai topik, mulai dari pergantian ketua AAN yang baru, rencana untuk Kongres AAN ke-5 yang akan diadakan pada tahun 2020 serta perkembangan Akreditasi AAN dari Kantor Sekretariat ASEAN. Dengan akreditasi AAN di Kantor SekretariatASEAN, diharapkan dapat mendirikan Kantor perwakilan Sekretariat AAN di Indonesia berlokasi di London School of Public Relations - Jakarta, melalui London School Cares for Autism Awareness.

Yayasan Autisma Indonesia, London School Public Relations, London School Centre for Autism Awareness, Asia Pacific Development Center on Disability (APCD), Pemerintah Jepang, dan Kementerian Pembangunan Sosial dan Keamanan Manusia dari Thailand merupakan penyelenggara untuk ASEAN Autism Games 2018 yang berlangsung di Indonesia. Acara ini terselenggara berkat dukungan para mitra yaitu; Sekretariat ASEAN, ASEAN Autism Mapping, AAN, Japan - ASEAN Integration Fund dan sektor bisnis lainnya.

Di tahun ke delapan nya, AAN telah menyelenggarakan tiga Kongres di tiga Negara yaitu Thailand, Brunei, dan Filipina. Pada tahun 2016, Pertandingan Persahabatan Autisme ASEAN yang pertama dilaksanakan di Filipina diikuti dengan Vietnam Autism Games dan Myanmar Autism Games, serta Olahraga Disabilitas-Inklusi yang dihadirkan untuk Tomorrow in Thailand pada tahun 2017.

Serangkaian acara ini merupakan bagian dari sumbangan dari Japan Foundation, dan diselenggarakan sejalan dengan Konvensi PBB tentang Hak-hak Penyandang Disabilitas Pasal 30 -- untuk mempromosikan pemberdayaan orang-orang dengan autisme dalam rekreasi, hiburan, dan olahraga.

Terlepas dari Kongres dan Permainan, anggota AAN juga aktif dan bersemangat mendukung Hari Kesadaran Autisme Dunia dan dalam memperkuat jaringan di antara negara-negara anggota ASEAN melalui lokakarya peningkatan kapasitas dan kolaborasi lainnya.

Diorganisir oleh APCD bekerjasama dengan JICA pada tahun 2010, AAN bertujuan untuk mendukung, membantu, memfasilitasi, dan meningkatkan kelompok pendukung keluarga yang terkait dengan autisme bekerja sama dengan para pemangku kepentingan lainnya di kawasan ASEAN dan di seluruh dunia.

Salah satu tujuan utamanya adalah untuk mendidik, mengembangkan, dan memberikan kesempatan bagi kelompok dukungan keluarga yang terkait dengan autisme di setiap negara anggota, yang membantu anggotanya tumbuh menuju pencapaian standar global mengikuti prinsip UNCRPD dan instrumen internasional dan regional terkait autisme lainnya.