Kemenperin Rancang Making Indonesia 4.0 Jadi Roadmap Terintegrasi Masuki Era Industri ke-4

Oleh : Ridwan | Rabu, 21 Maret 2018 - 07:35 WIB

INDUSTRY.co.id -Jakarta, Kementerian Perindustrian telah merancang Making Indonesia 4.0 sebagai sebuah roadmap(peta jalan) yang terintegrasi untuk mengimplementasikan sejumlah strategi dalam memasuki era Industry 4.0.

Guna mencapai sasaran tersebut, langkah kolaboratif ini perlu melibatkan beberapa pemangku kepentingan, mulai dari institusi pemerintahan, asosiasi dan pelaku industri, hingga unsur akademisi.

"Sejak tahun 2011, kita telah memasuki Industry 4.0, yang ditandai meningkatnya konektivitas,interaksi, dan batas antara manusia, mesin, dan sumber daya lainnyayang semakin konvergen melalui teknologi informasi dan komunikasi," ujar Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Jakarta (20/3/2018).

Menperin menjelaskan, revolusi industri generasi pertama ditandai oleh penggunaan mesin uap untukmenggantikan tenaga manusia dan hewan.

Kemudian, generasi kedua, melalui penerapan konsepproduksi massal dan mulai dimanfaatkannya tenaga listrik. Dan, generasi ketiga, ditandai denganpenggunaan teknologi otomasi dalam kegiatan industri.

"Pada revolusi industri keempat, menjadi lompatan besar bagi sektor industri, di mana teknologi informasi dan komunikasi dimanfaatkan sepenuhnya," terangnya.

Tidak hanya dalam proses produksi, lanjutnya, melainkan juga di seluruh rantai nilai industri sehingga melahirkan model bisnis yang baru dengan basis digital guna mencapai efisiensi yang tinggi dan kualitas produk yang lebih baik.

"Untuk itu, sektor industri nasional perlu banyak pembenahan terutama dalam aspek penguasaan teknologi yang menjadi kunci penentu daya saing di era Industry 4.0," kata Menperin.

Adapun lima teknologi utama yang menopang pembangunan sistem Industry 4.0, yaitu Internet of Things, Artificial Intelligence, Human-Machine Interface, teknologi robotik dan sensor, serta teknologi 3D Printing.

Berdasarkan Global Competitiveness Report 2017, posisi daya saing Indonesia berada di peringkat ke-36 dari 100 negara.

"Walaupun telah naik sebesar 5 peringkat dibandingkan tahun sebelumnya, tetapi perlu terus dilakukan perubahan secara sistematis dan strategi yang jelas untuk berkompetisi," tuturnya.