ICAEW Prediksi Ekonomi Indonesia Tumbuh Lebih Pesat Sebesar 5,3 Persen di 2018

Oleh : Hariyanto | Senin, 18 Desember 2017 - 15:14 WIB

INDUSTRY co.id -Jakarta - Lapora terbaru Economic Insight: South-East Asia mengungkapkan, prospek perkembangan Indonesia tertahan oleh belanja konsumen yang lesu. Namun, pertumbuhan masih diperkirakan akan naik hingga 5,1% di 2017, berkat pembelanjaan pemerintah dan investasi yang kuat. 

ICAEW  memprediksi pertumbuhan sebesar 5,3% di 2018 untuk Indonesia, terlepas dari penurunan ringan namun meluas pada wilayah Asia Tenggara.

Investasi yang kuat dan permintaan eksternal secara marginal telah mendukung pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) riil hingga 5,1% tahun-ke-tahun untuk Q3 2017, dari 5,0% pada kuartal sebelumnya. Pertumbuhan investasi yang tetap telah mencapai tahun ke-4 yang tinggi di 7% berkat invetasi sektor swasta yang meningkat dan naiknya belanja fiskal untuk proyek infrastruktur publik. 

Net ekspor berkontribusi 0,7 poin persentase pada pertumbuhan utama, dengan pertumbuhan volume ekspor tercepat sejak 2011 hingga 17,3% tahun-ke-tahun, sementara impor meningkat hingga 15,1%.

Pembelanjaan pemerintah juga telah mengatasi kelemahan yang terlihat pada Q2 dan tumbuh 5,3% di Q3 tahun 2017. Namun, belanja konsumen tetap lamban tahun ini, dengan gagalnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada Q3 yang tetap stabil pada 5%.

Secara positif, konsumen diperkirakan akan menerima manfaat dari biaya pinjam rendah yang terus mendukung ekonomi untuk kuartal mendatang. Terlebih lagi, pemulihan separuh pada harga komoditas berdampak positif bagi negara seperti Indonesia yang sangat tergantung pada ekspor komoditas.

“Dengan tekanan inflasi yang berhasil diatasi, kami tidak melihat adanya bahaya pengetatan moneter di waktu dekat. Inflasi Indeks Harga Konsumen tampaknya akan menetap di kisaran sasaran Bank Indonesia yaitu 2,5% sampai 4,5% untuk 2018,” kata Sian Fenner, ICAEW Economic Advisor & Oxford Economics Lead Asia Economist di Jakarta, Senin (18/12/2017).

“Kami memperkirakan perdagangan yang lebih kuat akan mendukung pendapatan dan konsumsi rumah tangga. Kami prediksi belanja konsumen meningkat hingga 5% di 2017, diikuti dengan kenaikan ringan hingga 5,1% di 2018,” tambahnya.

Sisi positif lainnya adalah prospek cerah pada investasi asing langsung atau Foreign Direct Investment (FDI). Pada awal tahun ini, peringkat kredit Indonesia ditingkatkan oleh Moody’s (dari positif menjadi stabil) dan S&P (dari BB+ menjadi BBB-). Perkembangan ini seharusnya dapat memacu arus masuk investasi, dengan pertumbuhan investasi yang sudah melonjak hingga 5,4% tahun-ke-tahun dari 4,8% di kuartal pertama (bangkit kembali di atas 5% untuk pertama kalinya dalam 6 kuartal terakhir). 

Beragam paket kebijakan ekonomi telah diumumkan tahun lalu oleh pemerintah yang diharapkan dapat memulilhkan kepercayaan investor pada Indonesia dan mengangkat FDI lebih jauh – yang terlihat sempat melemah pada tahun 2015.

Di sisi lain, terdapat tanda-tanda awal melambatnya momentum perdagangan, yang sejalan dengan menurunnya perdagangan dunia menuju 2018 karena permintaan impor oleh Tiongkok yang berkurang. Walaupun naiknya pertumbuhan volume impor menyiratkan permintaan domestik yang tinggi, namun ICAEW tetap waspada dengan data perdagangan bulanan yang naik-turun. Pertumbuhan volume ekspor mereda hingga 5,9% di Oktober, dari rata-rata 9,6% di Q3.

Mark Billington, Direktur Regional ICAEW Asia Tenggara mengatakan pihaknya prediksi perkembangan yang sedikit lebih pesat hingga 5,3% untuk Indonesia di 2018, namun prospek pertumbuhan terhambat oleh rencana anggaran yang baru-baru ini diluncurkan. 

"Pemerintah membidik untuk menurunkan defisit anggaran hingga 2,2% pada PDB tahun depan, dari sasaran revisi 2,9% tahun ini. Walau kami berpendapat bahwa target defisit anggaran tersebut sangat ambisius, namun terdapat risiko pada prospek pertumbuhan 2018. Diperlukan kondisi politik yang lebih baik dan peningkatan permintaan domestik lebih kuat untuk mendorong pertumbuhan hingga 6%.” katanya.