Siap Buka Kunjungan Wisatawan Internasional, Bhutan Terapkan Biaya Tambahan

Oleh : Chodijah Febriyani | Senin, 11 Juli 2022 - 10:15 WIB

INDUSTRY.co.id - Untuk pertama kalinya sejak pandemi dimulai lebih dari dua tahun, Bhutan akan dibuka kembali untuk wisatawan internasional. Hal tersebut disampaikan para pejabat pada 30 Juni 2022, ketika kerajaan kecil Himalaya itu berusaha untuk menghidupkan kembali ekonominya.

Negara yang terletak berbatasan langsung dengan India dan Tibet itu memiliki keindahan alam yang indah dan budaya Buddha kuno, ini mengambil langkah awal yang drastis dan melarang pariwisata yang merupakan sumber pendapatan utama, pada Maret 2020 ketika kasus Covid-19 pertama terdeteksi di sana.

Dilansir dari laman CNN Travel, monarki konstitusional mencatat kurang dari 800 ribu orang telah melaporkan kurang dari 60 ribu infeksi dan hanya 21 kematian, tetapi ekonomi senilai $ 3 miliar berkontraksi dalam dua tahun fiskal terakhir, sehingga mendorong lebih banyak orang ke dalam kemiskinan.

Dewan Pariwisata Bhutan (TCB) mengatakan wisatawan akan diizinkan masuk mulai 23 September.
Namun, mereka akan dikenakan Biaya Pembangunan Berkelanjutan sebesar $200 atau sekitar RP2,9 juta per turis per malam dari yang sebelumnya $65 dolar AS atau sekitar Rp 973 ribu. Para pejabat mengatakan biaya baru itu akan mengimbangi dampak karbon wisatawan.

"Covid-19 telah memungkinkan kami untuk mengatur ulang untuk memikirkan kembali bagaimana sektor ini dapat disusun dan dioperasikan dengan baik sambil menjaga jejak karbon tetap rendah," kata Tandi Dorji, ketua TCB dan menteri luar negeri negara itu, dalam sebuah pernyataan.

Pihak berwenang mengatakan Bhutan telah merevisi standar untuk penyedia layanan, seperti hotel, pemandu, operator tur, dan pengemudi.

Menurut data TCB, Bhutan dibuka untuk wisatawan kelas atas pada tahun 1974 ketika menerima 300 pengunjung. Jumlahnya melonjak menjadi 315.600 pada 2019, naik 15,1 persen dari tahun sebelumnya.

Operator tur mengatakan pengunjung akan bebas memilih operator mereka sendiri dan merencanakan rencana perjalanan, sedangkan sebelumnya mereka hanya dapat memilih dari paket yang ditawarkan oleh operator mereka.

Sangay Phuntso, selaku agen perjalanan Always Bhutan Travel di ibu kota Thimphu, mengatakan meski ada perbedaan harga, namun hal tersebut tidak masalah bagi mereka yang memiliki bujet lebih.

"Mereka yang bisa membelanjakan (uang mereka) dipersilakan," kata Phuntso. 

"Kami sangat senang," timpalnya.

Bhutan menjadi negara yang bergantung dengan industri pariwisata. Tercatat negara itu mempekerjakan 50 ribu orang dan menyumbang rata-rata tahunan sekitar $84 juta dalam tiga tahun sebelum pandemi dalam valuta asing langsung.