Masyarakat Perlu Berpikir Kritis Menerima Informasi Agar Tidak Termakan Hoax

Oleh : Chodijah Febriyani | Sabtu, 16 Oktober 2021 - 17:30 WIB

INDUSTRY.co.id - Literasi digital menjadi kompetensi yang wajib dimiliki setiap individu di era keterbukaan informasi. Namun konsep praktiknya bukan menitikberatkan pada kecakapan untuk menguasai teknologi saja, tapi menekankan pula penggunaan media digital yang meningkatkan produktifitas. Termasuk di dalamnya memilah informasi yang benar agar tidak termakan dampak buruk hoaks atau berita palsu.

Depi Agung Setiawan, Pegiat Pemeriksa Fakta mengungkapkan hoax dapat menimbulkan kecemasan, menciptakan suasana kebingungan, dan kegaduhan publik. Selain itu dapat merusak nama baik seseorang atau sekelompok orang, berpotensi meretakan bingkai kerukunan warga serta menyedatkan pemikiran dan pembodohan.

“Individu perlu mengetahui cara menyaring informasi palsu atau hoaks, dengan berpikir kritis terhadap setiap informasi yang menyebar di kanal-kanal media,” katanya saat webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, melalui siaran pers yang diterima Industry.co.id.

Mengingat bahaya hoax, individu juga harus paham ciri hoax yang belum tentu benar sumber beritanya sehingga tidak menyebarkannya. Mencari rujukan pembanding informasi ke sumber terkait perlu dilakukan agar lebih yakin. Dengan kecanggihan teknologi sebenarnya hoaks juga bisa diidentifikasi menggunakan aplikasi yang ada di handphone.

Lebih jauh dia mengatakan, untuk mengetahui informasi yang benar, misalnya terkait vaksin sebaiknya langsung saja mengecek pada laman situs resmi instansi terkait Kementerian terkait atau bisa melihat langsung pembaharuan unggahan di akun Instagram resmi. 

Jangan sungkan jika ragu atas sebuah informasi langsung menghubungi pihak terkait melalui DM Instagram atau kontak What’sApp yang tertera secara resmi. 

“Hati-hati dengan dunia digital hari ini karena memang ada kelompok yang menyelewengkan dan memalsukan data-data,” tukasnya.

Webinar Literasi Digital di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat I, merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika. 

Hadir pula narasumber seperti Cyntia Jasmine, Founder GIFU, Nikita Dompas, seorang Producer & Music Director, Dessy Natalia, Asst Lecturer & Industrial Placement Staff UBM, dan Michiko Utoyo, seorang Digital Creator. 

Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.