Bursa ICDX Mencatatkan Transaksi Multilateral Sebesar Rp126 Triliun Pada Semester Pertama 2021

Oleh : Herry Barus | Kamis, 22 Juli 2021 - 16:00 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta- Indonesia Commodity & Derivatives Exchange (ICDX) Group berhasil mencatatkan pertumbuhan transaksi multilateral sebesar 57,9% pada semester-1 2021. Pertumbuhan ICDX di usianya yang ke-12 tahun ini menjadi salah satu bukti upaya ICDX dalam membangun ekosistem perdagangan berjangka komoditi yang terintegrasi melalui operasi terstruktur Lembaga Kliring ICH dan pusat logistik ILB. Dalam rangka mencapai pasar keuangan yang likuid, aman, dan efisien, pengembangan infrastruktur pasar keuangan terintegrasi merupakan landasan katalisator kemajuan industri.

Produk derivatif komoditas milik ICDX yang terdiri dari emas, minyak mentah, dan valuta asing (GOFX) menjadi salah satu kontributor utama pencapaian transaksi derivatif multilateral ICDX. Hingga Juni 2021, total transaksi GOFX telah mencapai 294.658 Lot settled. Angka tersebut meningkat 137% jika dibanding dengan periode yang sama pada 2020. Secara keseluruhan, hingga Juni 2021 perdagangan multilateral di bursa ICDX telah menyentuh angka Rp126 Triliun. Untuk mendukung pertumbuhan tersebut, tahun ini ICDX telah meluncurkan empat kontrak spot kurs valuta asing baru yaitu NZDJPY (Micro), EURCHF (Micro), GBPCAD (Micro), dan CHFJPY.

Di sisi lain, perdagangan fisik timah juga mengalami pertumbuhan yang pesat dan menunjukkan tren naik tahun ini. Sejak diperdagangkan melalui ICDX pada Agustus 2013 hingga Juni 2021 total ekspor timah mencapai 417.331 metrik ton setara dengan USD8,2 miliar atau IDR1.188 triliun. Hal ini menunjukkan Indonesia dapat menjadi tulang punggung pasar timah dunia, dan pasar timah diharapkan dapat memberikan kontribusi lebih bagi perekonomian Indonesia.

“Saat ini ICDX tengah menyoroti kondisi ekonomi hijau global. Indonesia memiliki peluang untuk menjadi salah satu sentra perdagangan karbon dan mengimplementasikan ekonomi hijau. Dengan bentang alam yang luas dan sumber daya alam yang menjadikannya sebagai salah satu paru-paru dunia, Indonesia berpotensi besar menjadi produsen karbon utama. Lahan-lahan kita telah dikaruniai dengan kemampuan menyerap karbon yang besar dan menyumbangkan 75 hingga 80 persen kredit karbon dunia. Melihat kepentingan tinggi akan upaya penanggulangan pemanasan global, kredit karbon dapat menjadi komoditas yang sangat strategis dan berkelanjutan,” kata Komisaris Utama ICDX, K.H Said Aqil Siradj.