Suku Bunga Acuan Tetap untuk Mendorong Berlanjutnya Pemulihan Ekonomi Domestik

Oleh : Herry Barus | Jumat, 19 Mei 2017 - 11:11 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta-- Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia hari ini memutuskan suku bunga acuan tidak berubah selama tujuh bulan berturut-turut untuk mendorong berlanjutnya pemulihan ekonomi, ditengah-tengah kenaikan harga menjelang bulan puasa dan Lebaran. 

Sesuai dengan perkiraan PT Bahana Sekuritas, bank sentral kembali menahan BI 7-day repo rate tetap sebesar 4,75%, dengan tetap melihat berbagai risiko global termasuk perkembangan kebijakan AS dan geopolitik yang terjadi di Semenanjung Korea, ditengah-tengah semakin kuatnya pertumbuhan ekonomi negara maju diantaranya US, Eropa dan Cina. Jepang juga sudah memperlihatkan perbaikan ekonomi, yang tercermin pada kenaikan permintaan domestik dan ekspor. 

''BI terlihat semakin optimis dengan perbaikan ekonomi secara global, khususnya untuk ekonomi domestik, BI melihat transmisi kebijakan moneter telah memberi kontribusi positif terhadap perbaikan ekonomi,'' ungkap Ekonom Fakhrul Fulvian. 

Pertumbuhan ekonomi domestik pada kuartal pertama tahun ini mencatat angka yang positif sebesar 5,01%, lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu dan juga dibandingkan kuartal empat 2016. Bank sentral memperkirakan perekonomian sepanjang tahun ini akan tumbuh dikisaran 5% - 5,4% secara tahunan, in line dengan perkiraan BI, Bahana memperkirakan perekonomian tumbuh 5,3% pada 2017.

Perbaikan ini terutama ditopang oleh peningkatan ekspor yang membuat neraca perdagangan tetap surplus hingga April serta memberi dampak lanjutan pada perbaikan defisit transaksi berjalan selama kuartal pertama. Defisit transaksi berjalan pada kuartal pertama 2017, tercatat sebesar $2,4 miliar atau defisit 1% dari produk domestik brutto (PDB), penurunan yang cukup signifikan bila dibandingkan dengan defisit pada kuartal pertama tahun lalu tercatat sebesar $4,7 miliar atau 2,1% dari PDB.

Sehingga Bahana memangkas perkiraan defisit transaksi berjalan pada akhir tahun ini menjadi 1,6% dari PDB, dibandingkan perkiraan sebelumnya sebesar 2,1% dari PDB, juga perkiraan defisit untuk 2018 turun menjadi 2% dari perkiraan sebelumnya sebesar 2,3%.