Dahsyat! Menteri ESDM Berikan Kabar Gembira: Harta Karun Migas RI Ditemukan, Cadangan Capai 800 Tahun...

Oleh : Candra Mata | Minggu, 13 Juni 2021 - 18:15 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengungkapkan kabar baik terkait solusi masa depan energi sekaligus potensi pendapatan utama Indonesia di masa depan.

Ya, berdasarkan hasil penelitian panjang sejak 2004, saat ini Indonesia telah berhasil menemukan potensi cadangan metan hidrat yang volumenya diperkirakan mencapai lebih dari 850 Trilliun Cubic Feet (Tcf).

"Jumlah tersebut setara dengan delapan kali lipat cadangan gas alam saat ini, sehingga kita berharap sumber energi alternatif baru ini akan mendukung ketahanan energi nasional," tutur Arifin pada Legal and Policy Framework for the Development of Offshore Methane Hydrate as the Indonesia's Future Transitional Clean Energy secara daring, seperti dikutip redaksi INDUSTRY.co.id pada Minggu (13/6/2021). 

Selain itu, hebatnya lagi menurut Arifin, gas metan hidrat inimerupakan opsi energi yang lebih bersih bila dibandingkan dengan minyak bumi dan batubara. 

"Kita harap ini bisa jadi sumber energi alternatif baru, ini mendukung ketahanan energi 800 tahun ke depan," ungkapnya dalam webinar pekan ini.

Meskipun Arifin tak menyebutkan dengan pasti berapa potensi nilai sumber daya baru Indonesia ini, namun ekstraksi dan produksi gas metan hidrat diyakininya akan mampu menjadi salah satu sumber pendapatan utama negara dimasa depan dan berperan nyata dalam bauran energi.

"Indonesia perlu segera mengembangkan di mana ekstraksi dan produksinya akan memberikan solusi penyediaan energi baru, menjadi salah satu sumber pendapatan negara, dan dapat berperan dalam bauran energi masa depan Indonesia," tegasnya.

Selain itu, Arifin pun menekankan pentingnya analisis hukum dan kebijakan yang terintegrasi untuk memastikan pengembangan gas metan hidrat tetap sejalan dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.

"Kegiatan pengembangan metan hidrat harus dilaksanakan dengan mempertimbangkan karakter fisik gas hidrat, isu lingkungan hidup, teknologi dalam mengekstraksi metan hidrat, serta nilai keekonomian dan kemampuan industri hulu migas nasional," ujarnya.

Melihat urgensi pemanfaatan gas metan hidrat, Arifin menegaskan perlunya memperkuat kerja sama multi-sektoral dalam mendorong proses transisi energi.

"Untuk itu, kami sangat mengharapkan dukungan stakeholder, akademisi, dan pemangku kepentingan lainnya dalam mencapai tujuan transisi energi, termasuk potensi pemanfaatan gas metan hidrat untuk mendukung ketahanan energi nasional sekaligus mencapai target penurunan emisi Gas Rumah Kaca," tandas Arifin.

Sementara itu, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Tutuka Ariadji merinci potensi cadangan gas metan hidrat Indonesia yang mencapai lebih dari 850 Tcf di dua lokasi utama.

"Berdasarkan survei awal di tahun 2004, Indonesia berhasil menemukan potensi cadangan metan hidrat sebesar lebih dari 850 Tcf di dua lokasi utama, yaitu perairan selatan Sumatera sampai ke arah barat laut Jawa sebesar 625 Tcf dan di Selat Makassar sebanyak 233,2 Tcf," jelasnya.

Selain di lokasi tersebut, metan hidrat juga tersebar di daerah lepas pantai Simeuleu, Palung Mentawai, Selat Sunda, Busur Depan Jawa, Lombok Utara, Selat Makassar, laut Sulawesi, Aru, Misool, Kumawa, Wigeo, Wokam, dan Salawati.

Adapun Guru Besar Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Institut Teknologi Bandung (ITB) Doddy Abdassah mengungkapkan bahwa gas metan hidrat merupakan sumber daya hidrokarbon non-konvensional terbesar yang dimiliki Indonesiad an dapat diproduksi secara aman. 

Diperkirakan lebih dari 50% deposit hidrokarbon bumi tersimpan dalam bentuk gas metan hidrat.

Menurut Doddy, dibutuhkan analisis yang komprehensif dan terintegrasi dalam eksplorasi dan produksi, serta riset dan pengembangan teknologi untuk komersialisasi produksi gas metan hidrat. 

"Indonesia, sangat berpeluang untuk memanfaatkan potensi gas metan hidrat, dan harus segera memanfaatkan peluang ini untuk menuju energi fosil yang green energy," tandasnya.

Selanjutnya, Professor of International and Comparative Law, School of Law, University of Aberdeen Andrew Partain turut menyampaikan pandangannya terkait potensi gas metan hidrat secara global, termasuk di Indonesia. 

Partain juga memberi masukan terkait pembangunan berkelanjutan untuk hidrat lepas pantai (offshore hydrate) di Indonesia. 

"Indonesia perlu bergerak cepat untuk menyiapkan berbagai kebijakan dan kekuatan untuk mengembangkan industri offshore hydrate, mengingat beberapa negara telah mempersiapkan industri ini dapat berjalan pada tahun 2030 mendatang," pungkasnya.