Catat Ya, Bukan China! Luhut Gandeng UEA Bangun Proyek Mangrove Raksasa di RI: Kita Namakan Taman Mangrove Khalifa bin Zayed

Oleh : Candra Mata | Rabu, 17 Februari 2021 - 13:25 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan terus gencar menarik investasi dan kerjasama dengan berbagai negara di dunia.

Tak melulu dengan China, Amerika hingga negara di eropa. Kali ini Menko Luhut menggandeng Pemerintah Uni Emirat Arab untuk membangun sebuah proyek kawasan khusus Mangrove.

Luhut bersama Menteri Perubahan Iklim dan Lingkungan Hidup Uni Emirat Arab (UEA) Dr. Abdullah Al Nuaimi sepakat menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) Kerja Sama Bilateral terkait Program Pengembangan Mangrove di Indonesia.

Dalam kesempatan itu, Menko Luhut menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya dan terima kasih atas kerja semua pihak dari kedua pemerintah yang telah menyusun MoU hingga dapat ditandatangani hari ini. 

Ia mengungkapkan bahwa Indonesia selama ini memiliki hubungan yang sangat terjaga dengan Uni Emirat Arab di semua sektor.

“MoU Program Pengembangan Mangrove akan menjadi salah satu alat untuk mempererat hubungan kita di bidang perubahan iklim dan lingkungan,” kata Luhut dilansir dari keterangan resminya pada Rabu (17/2/2021).

Luhut menjelaskan bahwa dengan adanya kerja sama di bidang pengembangan mangrove ini akan membawa manfaat nyata bagi masyarakat Indonesia, khususnya di wilayah pesisir. 

Sebagai bukti riil kerja sama melalui MoU ini, ia pun mengundang pemerintah Uni Emirat Arab untuk membuat proyek mangrove dengan luas minimal 10 ribu hektar di Indonesia.

"Kita namakan sebagai Taman Mangrove Khalifa bin Zayed," sebut Luhut.

Pihaknya menyadari pandemi Covid-19 belum berakhir. Setiap negara memiliki strategi untuk mengatasi masalah global tersebut. 

"Indonesia memiliki Program Pemulihan Ekonomi Nasional untuk meningkatkan ekonomi dan mata pencaharian kami Ini juga termasuk program mangrove dan terumbu karang melalui partisipasi dalam jumlah besar dari masyarakat pesisir,“ ungkapnya.

Dikatakan Luhut, luas mangrove di Indonesia merupakan 20 persen dari luas mangrove dunia. 

Sejatinya, Mangrove dapat menyimpan karbon empat kali lipat dibandingkan hutan tropis lainnya dan mangrove Indonesa dapat menyimpan karbon sebanyak 87% dari karbon di seluruh dunia yang artinya dapat mengurangi dampak perubahan iklim. 

“Peraturan Presiden tentang penetapan nilai ekonomi karbon akan segera disahkan. Peraturan itu berisi mekanisme penetapan nilai ekonomi karbon, instrumen, dan pembangunan rendah karbon,“ ujarnya.

Lebih lanjut, Presiden Indonesia telah menandatangani UU Cipta Kerja dan memangkas beberapa birokrasi sektor bisnis namun tetap melindungi lingkungan. “Dan selama situasi pandemi ini, UUCK dapat menarik green investment dari hulu ke hilir,“ tegasnya.

Menteri Perubahan Iklim dan Lingkungan Persatuan Emirat Arab Abdullah Al Nuaimi menyampaikan bahwa dampak perubahan iklim terbesar yang mengancam dunia adalah naiknya permukaan laut dan peristiwa cuaca ekstrem. 

Mangrove berperan sebagai penghalang alami terhadap dampak tersebut, oleh karena itu budidaya dan konservasi mangrove memainkan peran penting dalam adaptasi perubahan iklim.

“Selain itu, ekosistem karbon biru, termasuk hutan bakau, merupakan penyerap karbon yang jauh lebih efektif daripada hutan darat. Hutan bakau menangkap lebih dari satu juta ton karbon dioksida di negara kita setiap tahun. Mereka juga menyediakan tempat berkembang biak bagi spesies laut dan menciptakan peluang ekowisata. Melestarikan ekosistem penting ini adalah salah satu cara yang menjanjikan untuk mengurangi karbon dioksida di atmosfer dan meningkatkan peluang sosial-ekonomi terkait,” lanjut Menteri Abdullah.

Menteri Abdullah yakin bahwa kerja sama dalam pengelolaan ekosistem mangrove yang berkelanjutan ini dapat membantu kedua negara untuk mencapai target Nationally Determined Contribution (NDC) dalam Paris Agreement.

Detil kerja sama RI dan UEA sesuai MoU ini menyangkut beberapa poin. Pertama, mengembangkan dan memperkuat kerja sama dan kegiatan di bidang pengelolaan dan restorasi mangrove. 

Kedua mengembangkan program penelitian bersama untuk mengkaji, menilai, mengelola, melindungi, dan memulihkan ekosistem mangrove. 

Ketiga, meningkatkan kapasitas dan keterampilan peneliti, masyarakat lokal dan pemangku kepentingan lainnya di bidang penelitian, pengelolaan dan restorasi mangrove.

Terakhir, mempromosikan kerja sama dan kolaborasi di bidang lain yang menjadi prioritas dan kepentingan bersama sebagaimana disepakati oleh para pihak. 

Dengan adanya penandatanganan MoU antara Indonesia dan Uni Emirat Arab ini, Menko Luhut pun berharap hubungan bilateral kedua negara dapat diperkuat dan segera dilakukan rencana aksi lanjutan.

“Dan terakhir, saya dengan hormat mengundang Anda ke Indonesia di tahun ini untuk melihat taman mangrove,“ ajak Luhut kepada Menteri Abdullah.