Simak! Ini Tiga Jurus Jitu SBY Bawa Indonesia Keluar dari Krisis

Oleh : Ridwan | Minggu, 16 Agustus 2020 - 19:15 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta - Sebagai presiden yang berpengalaman memimpin Indonesia selama 10 tahun, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sudah merasakan pahit manisnya memimpin negara.

Selama memimpin Indonesia selama dua periode, pada medio 2004-2014 bersama dua wakil presiden berbeda: Jusuf Kalla dan Boediono, SBY dihadapkan pada beberapa situasi krisis. Namun, pemerintahannya berhasil melewatinya dengan pertumbuhan ekonomi, tanpa merasakan resesi.

SBY pun memiliki sejumlah jurus yang dirasa bisa dimanfaatkan oleh pemerintahan saat ini. Namun, ia berhati-hati dalam menyampaikannya karena enggan dianggap menggurui rezim pemerintahan sekarang.

"Menurut saya ada tiga agenda utama. Pertama mencegah penurunan GDP [PDB] yang sangat berlebihan. Stimulasi pertumbuhan itu sangat penting, stabilisasi ekonomi juga sangat penting. Kedua, jangan lupakan bahwa pengangguran di mana-mana," sebutnya.

Pengangguran menjadi perhatian lebih SBY. Mantan Menko Polhukam era Presiden Megawati Soekarnoputri ini menyadari sebagai negara yang mengandalkan konsumsi rumah tangga sebagai pertumbuhan ekonomi, maka pengangguran menjadi hal fundamental yang perlu dibenahi.

"Menko Perekonomian [Airlangga Hartarto] saya ikuti dalam wawancara beliau sebelum dan setelah pandemi, jika dijumlahkan pengangguran kita 11 juta," katanya.

"Saya ngga tau apa sudah memasukkan pengangguran tidak kentara, yang setengah menganggur, sektor informal. Kalau dihitung cukup besar, karena itu segera diatasi. Karena kalau tidak pukul konsumsi. Konsumsi drop pertumbuhan pasti drop," jelasnya.

"Fokus ketiga, pemerintah bantulah rakyat yang sedang susah ini, kehilangan pekerjaan, terutama golongan miskin. Kalau fokus tiga hal itu, ada kemungkinan jika alami resesi toh tidak berkepanjangan," kata pendiri Partai Demokrat ini.

"Syukur-syukur Allah beri pertolongan kita bisa keluar dari resesi, meski saya tidak ingin beri angin surga, memang situasinya cukup berat," jelas Chairman the Yudhoyono Institute itu.