IBS: Dalam Dunia Bisnis dan Pemilik Aset, Investasi Berkelanjutan Bukan Sekadar Nice to Invest

Oleh : Herry Barus | Minggu, 09 Agustus 2020 - 10:30 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta – Pandemi Covid-19 sedikit banyak mengubah paradigma konsumen, dunia bisnis, dan pemilik aset (investor) mengenai pentingnya aktivitas yang bertanggung-jawab.

Banyak investor yang kemudian memikirkan kembali pendekatan mereka terhadap keputusan investasi dan alokasi modal dengan menjadikan keberlanjutan sebagai filosofi investasi mereka.

Hal ini sejalan dengan roadmap OJK mengenai Keuangan Berkelanjutan yang memasuki tahapan Strengthening Resilience (periode 2019-2024).

Pada tahapan ini, industri jasa keuangan ditargetkan untuk memperkuat manajemen risiko dan tata kelola perusahaan yang baik pada aspek sosial dan lingkungan.

Keuangan keberlanjutan tidak lagi sekedar perilaku pada segmen bisnis dan investasi tertentu (niche), tetapi akan menjadi perilaku yang mainstream (new-normal). Bagi dunia bisnis dan pemilik aset, investasi berkelanjutan bukan sekedar “nice to invest” tetapi menjadi sebuah “new-normal”.

Terkait hal itu, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Indonesia Banking School (IBS) kembali menggelar seminar online (webinar) umum bertajuk “Sustainable Finance: From Niche to New Normal”, kemarin.

Webinar kali ini menghadirkan Prof. Dr. Muliaman D. Hadad, SE., MPA, yang pernah menjabat sebagai Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) periode 2006 - 2011 dan Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) periode 2012-2017.

Sedangkan  moderator, yakni Dr. Ira Geraldina, SE, Ak., M.S.Ak., CA, dosen Prodi S1 Akuntansi STIE IBS.

"Bagi dunia bisnis dan pemilik aset, investasi berkelanjutan bukan sekedar “nice to invest” tetapi menjadi sebuah new-normal. Sehingga diperlukan strategi dan inovasi untuk menjadikan keuangan berkelanjutan sebagai filosofi dan tujuan investasi dalam kegiatan investasi “new-normal” mereka,"  ungkap Ketua IBS Dr. Kusumaningtuti Sandriharmy Soetiono, S.H., LL.M.

Di acara webinar ini dipaparkan bagaimana dukungan OJK agar keuangan berkelanjutan menjadi praktek yang mainstream pasca pandemi Covid-19, untuk mempercepat penguatan manajemen risiko dan tata kelola perusahaan untuk aspek sosial dan lingkungan.

Dalam kesempatan tersebut, Muliaman mengatakan, sangat penting bagi kita untuk membuat agenda susulan sustainable finance pasca Covid-19 nanti.

“Covid ini berubah banyak hal. Sangat mempengaruhi kemanusiaan di seluruh dunia. Semua negara terganggu. Ini  luar biasa, ekstra ordinary, jauh lebih dahsyat dari krisis sebelumnya,” paparnya.

Menurut dia, justru pandemi ini yang menyadarkan kita betapa pentingnya isu-isu sustainable finance ke depannya. Selain itu, Covid juga memunculkan kesempatan untuk membuat langkah-langkah persiapan, terutama di industry keuangan pada saat recovery pasca Covid.

Sustainable finance  itu menyangkut isu-isu lingkungan, sosial dan pemerintahan.

Terkait dengan UMKM, di saat sekarang UMKM justru terpukul cukup berat tidak seperti krisis sebelumnya dimana kita masih bisa berharap UKM menjadi lokomotif.

“Kita perlu usaha khusus agar UMKM kembali jadi lokomotif. Saya pikir, pemerintah sudah banyak membantu melalu program binaan, bantuan, pinjaman, dan sebagainya. Tentu saja, kedepan tidak hanya sampai pada level resilience,” tandasnya.

Sivitas akademika IBS berharap agar seluruh peserta webinar mendapatkan deep insight dari tangan pertama tentang bagaimana kebijakan itu dirumuskan dan diterapkan, sebagai langkah antisipasi untuk meredam dampak Pandemi Covid 19.

IBS juga menyediakan program beasiswa untuk mahasiswa berprestasi baik akademik dan non akademik. Salah satu beasiswa itu, antara lain berupa keringanan uang pangkal. Dengan adanya program beasiswa ini memberikan kesempatan kepada seluruh siswa SMA dan sederajat untuk memperoleh pendidikan yang layak.

Dalam kesempatan webinar kali ini, dan di masa pandemi covid-19, IBS bekerjasama dengan Bank BRI, Bank DKI, Bank Sinarmas, Bank Ganesha dan Fintech ALAMI Sharia memberikan beasiswa pendidikan dan Sertifikasi kepada mahasiswa yang secara ekonomi kurang mampu dan berprestasi.

Adapun program beasiswa ini meliputi Beasiswa Pendidikan Start senilai Rp 19 juta, di mana calon mahasiswa yang terpilih dibebaskan biaya tes, uang pangkal dan uang semester pertama.

"Donasi ini akan membantu mahasiswa berprestasi untuk memulai perkuliahan semester pertama di masa pandemi Covid-19," kata Kusumaningtuti.

Beasiswa Study diperuntukan untuk mahasiswa yang berprestasi namun secara ekonomi kurang mampu dan sedang menempuh pendidikan di IBS pada semester pertama. Maka akan mendapat bantuan senilai Rp 12 juta untuk biaya kuliah dan sertifikasi profesi pada akhir masa perkuliahan.

Terakhir adalah beasiswa Graduation diperuntukan bagi lulusan terbaik dari SMA Negeri yang berasal dari keluarga kurang mampu, namun berprestasi, berupa pembiayaan kuliah selama 8 semester dengan nilai beasiswa Rp 96 juta.

Calon penerima beasiswa diseleksi dan yang terpilih selain nilainya terbaik, juga harus aktif berorganisasi, memiliki prestasi non akademis, atau kegiatan sosial yang mempunyai dampak kebermanfaatan bagi masyarakat.