Catat! Pemerintah Tegaskan COVID-19 Bukan Rekayasa: Virus ini Malaikat Pencabut Nyawa

Oleh : Candra Mata | Jumat, 17 Juli 2020 - 08:39 WIB

INDUSTRY.co.id - Surabaya - Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Doni Monardo dengan tegas mengatakan bahwa COVID-19 bukan sebuah rekayasa atau konspirasi yang dibuat oleh pihak-pihak tertentu.

"COVID-19 bukan rekayasa, COVID-19 bukan konspirasi. COVID-19 menjadi mesin pembunuh, ibaratnya COVID-19 ini adalah malaikat pencabut nyawa,” tegas Doni dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi Industry.co.id Jumat (17/7).

Doni menegaskan hal itu karena masih ada pihak-pihak yang menganggap COVID-19 ini rekayasa. Menurutnya, pemahaman itu tidak bisa dibiarkan. 

"Menurut data global, setengah juta jiwa telah menjadi korban," trgas Doni.

Di sisi lain, pemahaman masyarakat yang masih menganggap COVID-19 merupakan konspirasi juga dapat mempengaruhi tingkat kepercayaan publik kepada upaya yang dilakukan oleh pemerintah.

“Kita harus memberikan narasi yang utuh tentang COVID-19,” jelas Doni.

Pandemi COVID-19 ini dikatakannya tidak hanya menyangkut tentang permasalahan kesehatan saja, tetapi juga berpengaruh pada sektor ekonomi dan lapangan kerja masyarakat.

Menurut catatan Doni dari Kementerian Ketenagakerjaan, COVID-19 telah membuat 1,7 jiwa kehilangan pekerjaan pada pertengahan April 2020. Hal itu tentunya menjadi permasalahan baru yang serius dihadapi bangsa dan negara.

"Pertengahan April, 1,7 jiwa kehilangan pekerjaan baik formal maupun informal. Kalau ditotal tidak kurang dari 3 juta orang, setelah pemerintah memutuskan untuk mengeluarkan Keppres tentang Kedaruratan Kesehatan,” kata Doni.

"Masyarakat yang ingin mendapatkan kartu prakerja mencapai 1,2 juta jiwa. Berarti dapat dikatakan bahwa ada sebanyak 1,2 juta jiwa yang kehilangan pekerjaan,” imbuhnya.

Sejatinya, menurut Doni, COVID-19 dapat dicegah melalui peningkatan daya tahan tubuh dan imunitas dari asupan gizi yang baik dan seimbang. Di sisi lain, untuk memperoleh makanan dengan menu gizi yang seimbang diakuinya perlu adanya pendapatan.

"Salah satu cara untuk meningkatkan imunitas tubuh adalah makan makanan yang bergizi. Sedangkan cara untuk mendapatkan makanan harus ada uang. Oleh sebab itu, COVID-19 harus benar-benar diatasi melalui beradaptasi dengan kebiasaan baru, disiplin menerapkan protokol kesehatan seperti memakai masker, mencuci tangan dengan sabun dan jaga jarak aman," jelas Doni.

Kemudian, Doni juga menjelaskan bencana non alam seperti wabah penyakit dan pandemi merupakan sejarah yang berulang.

Menurutnya, Indonesia juga tercatat pernah mengalami ‘pageblug’ pada 1918 yakni Flu Spanyol. 

"Sejarah mengungkap sekitar 4,5 juta jiwa di Indonesia menjadi korban atas peristiwa tersebut," ucapnya.

Dalam hal ini, kunci dari penanganan pandemi adalah dengan mengupayakan peran medis dengan porsi 20 persen dan sisanya 80 persen adalah masyarakat. 

Secara sederhana, implementasinya adalah tenaga medis menjadi benteng terakhir dalam melawan COVID-19 dan pondasi terdepan adalah masyarakat itu sendiri.

"Kami Gugus Tugas dari awal sudah meminta agar upayakan bahwa medis 20 persen sisanya 80 persen. Jangan bebani dokter, dokter adalah benteng terakhir bangsa kita,” tegas Doni.

"Kenali dirimu, kenali musuhmu, 1000 kau perang 1000 kali kau menang,” pungkas Doni.