Ngeri! Survei Global: 73% Korporasi Asia Pasifik Sulit Bayar Utang dalam 3 Tahun

Oleh : kormen barus | Minggu, 28 Juni 2020 - 08:28 WIB

INDUSTRY.co.id, Jakarta- Perusahaan asuransi kredit global Euler Hermes, belum lama ini melakukan Survei dan hasilnya menunjukkan, sebagian besar perusahaan di Asia Pasifik tengah menghadapi kesulitan keuangan pembayaran utang dalam 3 tahun terakhir seiring dengan sejumlah sentimen negatif yang terjadi pada periode tersebut.

Tiga sentimen terbesar yang mengganggu bisnis perusahaan-perusahaan di Asia Pasifik ialah perang dagang AS-China, kerusuhan berkepanjangan di Hong Kong gara-gara supremasi hukum, sosial, dan politik, dan yang terbaru ialah pandemi global dari virus corona (COVID-19) yang berasal dari Wuhan, China.

Menurut survei Euler Hermes, sebagaimana melansir CNBC Indonesia, 73% responden "mengalami berbagai tingkatan piutang yang belum dibayar" selama periode 3 tahun terakhir, sementara sebanyak 82% dari mereka mengungkapkan terlambat melakukan pembayaran pada periode yang sama.

Di antara para responden tersebut, masing-masing 8% dan 22% menambahkan bahwa mereka "sering" mengalami kesusahan dalam melakukan pembayaran kewajiban tersebut dalam ukuran intensitas.

Survei ini dilakukan terhadap 171 chief financial officer (CFO) dan direktur keuangan perusahaan-perusahaan di Asia Pasifik yang dilakukan antara Desember 2019 dan Februari 2020.

"[Survei dilakukan] pada saat ekonomi Asia Pasifik terkena dampak dari tiga kali perang dagang AS-Cina, kerusuhan sosial yang berkepanjangan yang membuat Hong Kong menjadi yang pertama mengalami resesi tahunan dalam satu dekade, dan pandemi COVID-19 yang mulai mengubah lanskap ekonomi global," Euler Hermes, dalam laporannya, seperti mengutip CNBC International, Selasa (19/5/2020).

Euler Hermes adalah salah satu perusahaan asuransi kredit terbesar yang berbasis di Paris, Prancis, dan anak usaha dari Grup Allianz SE, perusahaan asuransi asal Jerman.

Dalam survei tersebut, juga disebutkan hampir 36% responden mengatakan mereka mulai memangkas pelanggan (klien/konsumen) yang dianggap kurang layak kredit. Metode ini paling umum dilakukan perusahaan-perusahaan untuk mengurangi risiko terkait ketidakpastian ekonomi yang meningkat.

Euler Hesmes juga menyatakan, akibat penguncian (lockdown) atau karantina wilayah berskala besar dalam 2 bulan terakhir yang telah dilakukan oleh negara-negara di Asia Pasifik, memicu kontraksi ekonomi global mengingat kawasan ini menyumbang setengah dari populasi global dan PDB global.

"[ini adalah] guncangan ekonomi dengan proporsi yang belum pernah terjadi sebelumnya," tulis Euler Hermes. Kondisi ini diperkirakan akan menekan PDB global terkontraksi sebesar 3,3% pada tahun 2020, membalikkan prediksi sebelumnya yang tumbuh 0,5%. Besaran koreksi ini dua kali dari dampak yang ditimbulkan oleh krisis keuangan global 2008.

Selain itu, perusahaan asuransi kredit global ini juga memperkirakan pertumbuhan PDB global akan mencapai 5,6% pada tahun 2021, dan bisa pulih kembali secara penuh dalam hal bisnis pada pertengahan 2021.

Secara keseluruhan, perdagangan global diperkirakan akan turun 20% atau US$ 3,5 triliun pada tahun 2020.

"Pandemi COVID-19 telah memicu tekanan yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi ekonomi global dan perdagangan dunia, karena produksi dan konsumsi sangat rendah di seluruh dunia," kata Euler Hermes.

Di Asia Pasifik, semua negara ekonomi utama di kawasan ini kecuali China dan India, kemungkinan akan mengalami resesi ekonomi pada paruh pertama tahun 2020. Sektor yang paling terpukul adalah elektronik, ritel non-pangan, transportasi dan otomotif. Resesi adalah pertumbuhan yang koreksi dalam dua kuartal berturut-turut.

"Sederhananya, kami menganggap ini adalah resesi terburuk sejak Perang Dunia II," kata Euler Hermes dalam laporannya.