Tidak Sama, Dokter Yurianto: COVID-19 di Indonesia Tidak Bisa Dibanding-bandingkan Dengan Negara Lain

Oleh : Candra Mata | Minggu, 14 Juni 2020 - 08:15 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta, Juru Bicara Pemerintah Dokter Achmad Yurianto angkat bicara soal ramainya perbandingan data kasus dan penanganan COVID-19 Indonesia dengan negara lain di sosial media. 

Menurut Yurianto, perbedaan tersebut dikarenakan beberapa faktor yang mempengaruhi seperti tingkat ancaman epidemiologisnya yang tidak sama.

“Tidak akan bisa secara utuh dibandingkan dengan negara lain, karena memang tingkat ancaman epidemiologisnya tidak sama,” kata Yuri baru-baru ini di Jakarta.

Yuri mencontohkan, perbedaan bisa dilihat pada DKI Jakarta sebagai episentrum besar dengan jumlah tes satu juta penduduknya adalah 17.954 orang. 

Angka tersebut berada di atas Thailand secara keseluruhan yang mencapai 6.708 per satu juta penduduk.

Kemudian di Filipina 4.419 orang per satu juta penduduk, kemudian Jepang hanya 2.626 per satu juta penduduk. Dalam hal ini apabila dibandingkan dengan Malaysia, maka Indonesia masih berada di bawahnya.

"Malaysia telah melakukan 19.118 tes per satu juta penduduk,” ungkap Yuri.

Namun, Yuri mengakui bahwa tes di Indonesia masih rendah, yakni 1.752 per satu juta penduduk. Akan tetapi hal itu bukan berarti menjadi gambaran bahwa keseriusan pemerintah tidak terlihat.

Dalam hal ini, Indonesia yang menjadi negara yang terdiri banyak kepulauan dan cakupan wilayah cukup luas menjadi faktor yang mempengaruhi adanya perbedaan dan menjadi hambatan tersendiri.

“Karena kita melihat, bahwa tanah air kita terdiri banyak kepulauan, terdiri dari banyak wilayah yang cukup luas, dengan kepadatan, dan risiko mobilitas orang yang terkait dengan faktor pembawa penyakit cukup besar, yang sangat berbeda,” jelas Yuri.

Oleh karena itu, pemerintah juga mempelajari beberapa hal, terkait dengan episentrum yang lain, seperti Kota Surabaya, kemudian Makassar, termasuk kemudian Kalimantan Selatan.

“Untuk kita hitung kembali, berapa yang sudah kita lakukan tes per satu juta penduduk,” kata Yuri.

“Ini menjadi faktor pengukur yang lebih obyektif, kalau kemudian kita mau melihat kinerja secara keseluruhan, dari upaya kita bersama dalam menanggulangi COVID-19,” tambahnya.

Oleh karena itu, kembali lagi, kunci yang utama adalah memutuskan rantai penularan, dengan menjaga jarak, menggunakan masker, dan mencuci tangan.

"Ini adalah kebiasaan baru, inilah kemudian tatanan hidup yang baru, yang harus kita lakukan, karena hanya dengan cara ini saja, kita bisa mengendalikan penularan dari satu orang ke orang yang lain,” jelas Yuri.

Di samping itu, pemerintah juga tengah melaksanakan arahan dari Presiden untuk melaksanakan tracing secara agresif dari semua kasus positif. Dari hasil tracing itu kemudian dilakukan pemeriksaan secara masif.

“Agar kita bisa mendapatkan kasus yang harus kita isolasi, karena kalau tidak, maka upaya kita untuk membendung dan memutuskan rantai penularan ini akan semakin berat,” pungkas Yuri.