Permintaan Kopi Dunia Turun, Harga Kopi Masih Stabil

Oleh : Herry Barus | Sabtu, 06 Juni 2020 - 12:00 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta- Dengan konsumsi yang terkena imbas COVID-19, menurut laporan Coffee Outlook terbaru (https://research.rabobank.com/far/en/sectors/beverages/coffee-outlook-q2-2020.htm) dari spesialis agribisnis  Rabobank, permintaan kopi global diperkirakan turun 60 ribu ton tahun ini.

Namun kondisi ini tidak berarti harga jual yang ditawarkan kepada konsumen harus lebih rendah dibanding harga normal sebelum covid-19 mewabah. Sebab, ada banyak faktor yang berkontribusi terhadap elemen biaya, seperti tenaga kerja, biaya overhead bisnis, dan pengeluaran lain yang memainkan peran penting dalam permintaan kopi.

Dalam laporannya, Rabobank memperkirakan permintaan kopi global turun 0,8 persen menjadi 164,1 juta karung (isi 60kg) pada tahun 2020. Laporan itu juga mengatakan bahwa segmen kopi yang spesifik masih tidak pasti. Khususnya untuk konsumsi di luar rumah akibat pengaruh lockdown dan meningkatnya pengangguran secara signifikan, terutama di negara-negara tanpa tunjangan pengangguran, sebagai akibat dari pandemi COVID-19.

Carlos Mera, seorang analis senior di Rabobank Agri Commodity Markets Research, memperkirakan bahwa permintaan kopi diperkirakan turun dua persen di Amerika Serikat pada tahun 2020. Dipengaruhi oleh penurunan pembelian kopi di luar rumah, menurutnya, penjualan kopi supermarket yang lebih tinggi tidak mungkin untuk mengimbangi penurunan konsumsi di luar rumah yang terjadi pada bulan April.

Hal yang sedikit berbeda terjadi dengan negara-negara Uni Eropa Permintaan dari negara-negara Uni Eropa tidak mengalami penurunan permintaan secara signifikan sebab tingkat pendapatan pengangguran di Uni Eropa sebagian besar ditanggung negara bersangkutan

Pendapat serupa dikemukakan salah satu pelaku bisnis kopi tanah air, Rinding Tangkelembang, bahwa permintaan suplai kopi memang turun, namun pasar tetap merespon baik Utamanya, pasar China yang sudah kembali melakukan pembelian serta Korea Selatan yang juga melakukan pemesanan kopi pada awal Juni 2020.

Masih menurut Rinding, risiko kritis justru di Brasil sebagai produsen kopi terbesar di dunia, di mana panen terhalang dengan tingkat infeksi COVID-19 yang diproyeksikan akan mencapai puncaknya saat panen tiba, dengan adanya protokol kesehatan yang berlaku. “Ini peluang bagi petani kopi Indonesia, sebagai salah satu eksportir kopi terbesar dunia, dalam mengisi kekurangan suplai kopi dunia,” tutur Rinding kepada industry.co.id

Potensi keterlambatan suplai kopi saat pandemi covid-19, hanya terjadi di tingkat pertanian dan pelabuhan, sementara produksi kopi tidak terganggu.