Soal Pelanggaran Etika Stafsus Presiden untuk Milenial, Ini Komentar Pakar Komunikasi LSPR London School

Oleh : Kormen Barus | Minggu, 26 April 2020 - 11:45 WIB

INDUSTRY.co.id, Jakarta-Keputusan Belva Devara yang memutuskan mengundurkan diri sebagai Staf Khusus Presiden Joko Widodo dinilai sebagai bentuk pertanggung jawaban milenial untuk lebih profesional dalam menjalankan bisnisnya.

CEO Ruangguru itu telah menunjukkan bahwa milenial harus memiliki integritas dan bisa menghindari konflik kepentingan yang muncul ketika berada dalam posisi di pemerintahan.

DR. Don Bosco Doho, Pakar Komunikasi LSPR London School, Jakarta, mengatakan, harus diakui para stafsus adalah mereka yang sudah pintar secara akademis karena mayoritas mereka lulusan universitas kelas dunia dari luar negeri.

Menurutnya, beberapa dari mereka sudah memiliki bisnis berlevel unicorn karena pemanfaatan inovasi teknologi informasi. Lalu mereka memiki jejaring yang luas dan tidak terbatas. Kehebatan mereka kata Bosco, membuat team kepresidenan kepincut untuk mengangkat dan memberikan previdge sebagai stafsus milenial untuk menjembatani presiden dengan jutaan milenial Indonesia masa kini dan masa depan.

“Mereka mendapat fasilitas dan aksesibilitas dari dan ke pemerintahan. Sebuah posisi dan status prestise. Enaknya lagi tidak perlu ngantor tiap hari seperti staf khusus lain. Singkatnya mereka hebat dan pintar secara kognitif,”ujar Bosco dalam pesan washap dengan redaksi industry.co.id, Minggu (25/4/2020).

Namun sayang seribu sayang, lanjut Bosco,  mereka masih harus rendah hati untuk melepaskan apa dan bisnis yang sudah membesarkan nama mereka. Nyatanya berat. Konflik kepentingan sebagai salah satu bentuk pelanggaran etika menuai polemik, pro dan kontra bahkan caci maki. Memang pintar saja tidaklah cukup.

 Idealnya kata Bosco, pintar dan beretika. Mumpuni di wilayah kepala saja tidak lengkap kalau tidak didukung wilayah hati. Alhasil dua stafsus akhirnya mengundurkan diri. Tapi mereka lupa bahwa  perbuatan mereka sudah menodai citra lembaga kepresidenan.

Mereka boleh pergi seperti Pilatus yang cuci tangan dan lari dari tanggung jawab tapi mereka tega meninggalkan stigma negatif ke presiden yang sangat menaruh harapan besar kepada mereka.

“Ya kasian lembaga negara yang sudah memperkakukan mereka secara khusus sebab menjadi bahan cemoohan publik. Pelajaran penting bagi siapapun untuk melakukan semacam "examine life" agar menjadi manusia yang bernilai dalam kehidupan. Harusnya anak-anak muda yang pintar dan hebat itu berguru dulu kepada filsuf Plato bahwa etika harus menjadi panduan untuk bertutur kata, bertindak dan membawa diri,”ujarnya.