INDUSTRY.co.id - Jakarta, Permintaan pasar ekspor minyak sawit mentah (CPO) dari Indonesia paling besar berasal dari India, Pakistan, Afganistan dan negara-negara Afrika.

"Khusus permintaan minyak sawit dari Tiongkok pada semester I tahun ini akan menurun akibat perlambatan ekonomi dan peningkatan impor kedelai oleh negara tersebut," kata Direktur Eksektutif Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (Paspi), Tungkot Sipayung di Jakarta, Kamis (23/3/2017).

Menurut Tungkot, Tiongkok mengimpor kedelai sebagai stok guna mengantisipasi penurunan produksi kedelai di Amerika Selatan akibat iklim yang tak mendukung.

Ia menilai, untuk menutupi penurunan permintaan dari Tiongkok, Indonesia mempunyai peluang besar meningkatkan ekspor minyak sawit ke Afrika karena sejumlah negara di Benua Hitam itu sedang mengalami pertumbuhan dari sisi ekonomi.

"Indonesia harus melakukan misi dagang khusus dengan negara-negara di kawasan tersebut, juga dengan Pakistan," ujarnya.

Saat ini, lanjut Tungkot, neraca perdagangan Indonesia dan Pakistan masih defisit. Indonesia bisa mempelajari komoditas apa yang bisa diimpor dan sebagai kompensasinya bisa meningkatkan ekspor minyak sawit ke negara itu.

"Kalau untuk ke Uni Eropa (UE) agak sulit karena ada ancaman pemberlakuan bea masuk dan adanya tuduhan deforestasi dan MPCD atau kandungan toksik. Jadi, pemerintah Indonesia harus lawan dengan melakukan boikot balik," ujar Tungkot.