IHSG Lanjutkan Pelemahan

Oleh : Wiyanto | Kamis, 09 Januari 2020 - 07:09 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta-Sesuai perkiraan secara teknikal IHSG bergerak lanjut melemah setelah mematahkan level support rata-rata 200 hari dan support rata-rata 20 hari. Potensi selanjutnya masih cenderung bearish terlihat pada indikator Stochastic dan RSI yang memiliki pola bearish serta MACD yang mulai mengkonfirmasikan pergerakan divergent negatif.

"Sehingga kami perkirakan IHSG akan bergerak melanjutkan pelemahan dengan support resistance 6189-6249," kata dia di Jakarta, Kamis (9/1/2020).

Saham-saham yang masih dapat dicermati secara teknikal diantaranya; LSIP, BNGA, ASSA, ASII, TINS, BEST, PWON, CTRA, AKRA.

IHSG (-0.86%) turun 53,66 poin kelevel 6225,69 dengan saham-saham sektor Industri Dasar (-2.38%) dan Pertanian (-1.55%) turun signfikan. Saham INTP, BRPT dan TPIA memimpin pelemahan sektor Industri Dasar sedangkan sektor pertanian pelemahan dipimpin oleh saham BWPT, SGRO dan LSIP. Pelemahan IHSG terhempas oleh sentimen geopolitik Timur Tengah yang kian memanas meskipun data cadangan Devisa Indonesia naik kelevel tertinggi hampir 2 tahun terakhir kelevel $129.2 Miliar dibulan Desember 2019 atau setara 7.6 bulan import.

Bursa Eropa membuka perdagangan mengikuti pelemahan bursa saham Asia. Indeks Eurostoxx (-0.53%), FTSE (-0.51%) dan DAX (-0.63%) turun setengah persen diawal sesi perdagangan. Saham-saham perbankan dan bahan kimia menjadi pemimpin pelemahan. Emas naik di atas $ 1.600 per ons untuk pertama kalinya sejak 2013 merespon kekhawatiran geopolitik yang kian memanas. euro turun karena pesanan manufaktur Jerman secara tak terduga turun pada November. Sirius Minerals Plc melonjak di London setelah Anglo American Plc mengkonfirmasi hal itu dalam pembicaraan lanjutan atas kemungkinan tawaran pengambilalihan untuk perusahaan. Selanjutnya investor menunggu reaksi AS terhadap serangan Roken Iran di empat grafik pangkalan milir AS di Irak. Selain itu investor akan terus memperhatikan arah pergerakan Emas yang belakangan ini naik signifikan seakan investor berlomba untuk meninggalkan aset beresiko.