Jababeka Gandeng Kemenperin Cari Jalan Keluar Masalah Industri Baja Nasional

Oleh : Ridwan | Rabu, 18 Desember 2019 - 14:15 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta - President Development Center sukses menyelenggarakan kuliah umum bertema Baja Lokal vs Baja Impor, di President Lounge, Menara Batavia, Rabu (18/12/2019). 

Kuliah Umum yang dihadiri puluhan mahasiswa, dosen, pengusaha ini membahas tentang kondisi terkini industri baja di Indonesia.

Lebih dalam, acara ini membahas tentang solusi dari beberapa persoalan dalam industri baja Indonesia, seperti kebutuhan baja nasional yang belum terpenuhi pemerintah, serbuan impor baja dari China, belum ada Standar Nasional Indonesia (SNI) yang bisa memengaruhi kualitas bangunan yang dibuat di masa depan.
 
Hadir untuk membahas secara tuntas, DR. (HC) S.D Darmono, founder President University & Jababeka Group, dan Ir. Harjanto, M.Eng, Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika, Kementerian Perindustrian tentang upaya-upaya strategis yang harus dilakukan.

"Kami mendukung apa yang dilakukan pemerintah untuk mendongkrak kebutuhan baja nasional. Kami sendiri punya kawasan industri jikalau ada pengusaha yang mau mendirikan pabrik baja di Indonesia untuk bisa mensuplai baja yang kurang," kata Darmono.

Dijelaskan Darmono, kawasan industri kami telah memiliki fasilitas dan infrastruktur yang sangat memadai. Terbukti dengan jumlah tenant yang saat ini  lebih dari 2000 perusahaan dari 30 lebih negara. 

"Kami juga ada di Kendal dengan luas 2.200 hektare, saat ini sudah ada 61 perusahaan yang bergabung dan harga tanah serta upah tenaga kerjanya relatif murah. Atau juga bisa di Morotai. Kami punya tanah seluas 1.101,76 Hektare," ungkap Darmono

Darmono menambahkan bahwa perlunya Kementerian Perindustrian Republik Indonesia mensosialisasikan cara membangun industri baja dan baja apa yang dibutuhkan pasar. Sehingga tak hanya menyelesaikan masalah industri baja Indonesia tapi juga bisa membantu menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan ekonomi negara.

"Kuliah umum ini dihadiri akademisi, businessman dan government (ABG). Saya kira ini momen yang pas untuk kita bisa langsung bertukar pikiran mengenai solusi tepat agar industri baja Indonesia bisa bangkit lagi," ungkap SD Darmono.
 
Hal ini pun disetujui Dirjen Harjanto bahwa Kementerian Perindustrian tidak bisa bekerja sendiri untuk memperbaiki  industri baja Indonesia dewasa ini. Peran antara pengusaha baja lokal dan akademis diperlukan karena persoalannya membutuhkan pihak lain.

"Ada faktor eksternal dan internal yang membuat kita kondisi industri baja mengalami masa sulit. Untuk bisa baja kita bersaing, diperlukan perbaikan kualitas dari baja lokal, yaitu lewat pemakaian teknologi baru dan juga mendorong pabrik-pabrik baja lebih terintegrasi prosesnya untuk mengurangi hit loss," jelas Harjanto.

Kemudian, tambah Harjanto, limbah B3 (Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun) dari pengolahan baja itu sebenarnya masih bisa dipakai untuk pembuatan baja. Itu sudah diterapkan di 10 negara yang juga punya industri baja. 

Sementara Indonesia sendiri, antar lembaganya masih belum sepakat soal pengertian limbah B3. Kemudian, peralihan gas sebagai sumber untuk mengolah baja perlu dicari energi alternatifnya. Karena harga gas yang sangat tinggi. "Kalau kita terapkan semua itu, baja lokal bisa bersaing dengan baja impor," terang Harjanto.

Adapun President Development Center adalah lembaga pendidikan non formal yang bernaung di bawah Yayasan Pendidikan Universitas Presiden (YPUP), menyelenggarakan berbagai macam pelatihan bahasa asing (Inggris, Mandarin, Jepang, Korea, Jerman, Spanyol, Prancis, diskusi publian dan lain-lain. 

Pelatihan yang diselenggarakan PDC berupa Inhouse Training maupun Public Training dan terbuka untuk masyarakat umum, karyawan perusahaan, pelajar, serta mahasiswa. Dan kuliah umum ini bisa terselenggarakan atas dukungan Jababeka Group, perusahaan pengembang kota.