LG dan Sharp Berniat Relokasi Pabrik ke Indonesia

Oleh : Ahmad Fadli | Senin, 17 Juni 2019 - 14:01 WIB

INDUSTRY.co.id, Jakarta- Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengungkapkan dua perusahaan multi nasional akan merelokasi usahanya ke Indonesia. Rencana ini diyakini memberikan dampak positif bagi penyerapan tenaga kerja nasional dan nilai tambah industri nasional.

Direktur Industri Elektronika dan Telematika Kemenperin Janu Suryanto mengatakan, dua perusahaan itu adalah Sharp dan LG. Sharp. Pabrikan barang elektronik asal Jepang, Sharp akan merelokasi pabrik mesin cuci dua tabung dari Thailand ke pabrik mereka di Karawang International Industrial City (KIIC).

"Rencananya, peresmian ekspansi pabrik Sharp akan dilakukan bulan depan. Jadi, nanti ada penambahan lini produksi. Ini juga untuk pasar ekspor. Mereka akan menyerap ratusan tenaga kerja," kata Janu

Sementara itu, pabrikan alat elektronika asal Korea Selatan, LG, berencana akan merelokasi pabrik pendingin ruangan dari Vietnam ke fasilitas produksi yang ada di Legok, Tangerang. Pabrik ini akan mulai produksi dan memasarkannya pada September 2019 sebanyak 25 ribu unit. Jumlah produksinya ditargetkan naik menjadi 50.000 unit."Paling tidak (produksi tersebut) bisa diekspor juga ke ASEAN. Investasi Sharp dan LG bernilai ratusan miliar rupiah," imbuhnya.

Menurut Janu industri manufaktur merupakan salah satu sektor ekonomi yang memberi sumbangan cukup signifikan bagi total investasi di Indonesia. Pada triwulan I tahun 2019, industri pengolahan nonmigas berkontribusi sebesar 18,5% atau Rp 16,1 triliun terhadap realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN).

Adapun tiga sektor yang menunjang paling besar pada total PMDN tersebut di tiga bulan pertama tahun ini, adalah industri makanan yang menggelontorkan dana mencapai Rp 7,1 triliun, diikuti industri logam dasar Rp 2,6 triliun dan industri pengolahan tembakau Rp 1,2 triliun.

Selain itu, industri manufaktur juga menyetor hingga 26% atau US$ 1,9 miliar terhadap realisasi penanaman modal asing (PMA). "Tiga sektor yang banyak menopang, yaitu industri logam dasar sebesar US$ 593 juta, diikuti industri makanan US$376 juta serta industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia US$ 217 juta," pungkasnya.