Asparindo Targetkan, Semua Transaksi di Pasar Tradisional ke depannya, Dilakukan Non Tunai

Oleh : Kormen Barus | Kamis, 16 Mei 2019 - 10:18 WIB

INDUSTRY.co.id, Jakarta-Pemerintah dalam beberapa tahun terakhir terus mengajak masyarakat untuk membudayakan transaksi nontunai, dari transaksi tunai ke digital (elektronifikasi). Transaksi nontunai bisa menjadi efisiensi transaksi nasional serta berkontribusi bagi pertumbuhan ekonomi, baik dari segi konsumsi maupun kecepatan peredaran uang.

Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pasar Indonesia (Asparindo)  Y. Joko SetIyanto, mengatakan transaksi nontunai memberikan banyak manfaat bagi negara dan masyarakat, karena berkurangnya biaya pengelolaan uang rupiah dan cash handling, juga meningkatkan sirkulasi uang dalam perekonomian (velocity of money).

“Bagi kita tentunya menghemat waktu, lebih aman dan lebih lancar,”ujarnya kepada redaksi industry.co.id, di Jakarta, Rabu (15/5/2019).

Menurut Joko, uang tunai,  selama ini, memiliki banyak kelemahan, seperti  pemerintah harus membutuhkan biaya yang besar untuk pengelolaan uang rupiah. Karena mulai dari perencanaan, pencetakan, pengeluaran, pengedaran, pencabutan dan penarikan, dan pemusnahan uang oleh BI.

Untuk itulah Asparindo, papar Joko, menyiapkan aplikasi berbasis Android untuk transaksi pembayaran e-retribusi dan transaksi jual beli di pasar rakyat dan pembayaran lainnya.

“Dengan tujuan,  masyarakat dalam bertransaksi sehari-hari beralih menggunakan sistem non tunai yang lebih praktis, efisien, dan mudah, dari yang umum digunakan yaitu dengan bayar tunai,”ujar sosok yang memiliki puluhan ribu anggota itu.

Joko yakin  aplikasi untuk aplikasi non tunai ini akan sukses dan mudah diterima. Memang kata Joko, tantangan untuk mewujudkan Masyarakat Non Tunai atau Less Cash Society tidaklah kecil, terutama karena ini menyangkut perilaku, sifat atau mental.“Perlu langkah yang menyeluruh untuk menggerakkan masyarakat, beralih ke sistem alat bayar non tunai,”ujarnya.

Gaung aplikasi berbasis Android untuk transaksi jual beli di pasar ini kata Joko sudah menjadi trend. Dimana 11 Desember 2018, Asparindo Kata Joko, telah menggelar Rapat Kerja Nasional (Rakernas) bertema Digitalisasi Pasar Rakyat.

Saat itu rakernas akan dibuka oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan dihadiri olejh 1.000 peserta yang merupakan perwakilan pengelola pasar yang sampai saat ini jumlahnya lebih dari 9.000 pasar tradisonal di seluruh Indonesia.

“Saat itu kami mencoba memperkuat konsolidasi antarpengelola pasar rakyat di tingkat kota atau kabupaten yang ada di 34 Provinsi. Proyek digitalisasi bisnis perpasaran ini menjadi perhatian kami, karena memang sudah jadi kebutuhan," ujar Y. Joko Setiyanto.

Joko yang belum lama ini diundang CAWA (China Agricultural Wholesale Markets Association)-Beijing, mengatakan bahwa, pasar rakyat sangat punya peran penting dalam mengembangkan ekonomi kerakyatan, memberikan kesempatan kerja dan berusaha, serta menjadi lokomotif pengembangan perekonomian nasional.

Jadi menurut Joko, Asparindo, mendukung pelaksanaan gerakan nontunai dalam transaksi pembayaran. Aplikasi berbasis android tersebut dinamakan dengan PasarKita yang akan berguna untuk transaksi pembayaran e-retribusi dan transaksi jual beli di pasar rakyat.  "Juga untuk pembayaran lainnya seperti bayar listrik, air, dan sebagainya," ujar Joko.

Joko optimistis, program non tunai ini, bakan sukses. Karena saat ini masyarakat mulai beralih dari offline ke online. Apalagi program ini didukung penuh oleh Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara.

“kita bangga karena Asparindo akan menjadikan digitalisasi sebagai program pengembangan manajemen perpasaran. Hal itu mengingat digitalisasi pasar akan menjadi faktor esensial di balik perkembangan dan pertumbuhan pasar tradisional ke depan. Ide besar tersebut harus segera direalisasikan. Lebih dari itu, digitalisasi pasar tradisonal selain menciptakan efisiensi juga akan membuat transaksi para pedagang dan pembeli bisa lebih cepat, nyaman, aman; karena cardless dan cashless,” tambahnya.

Tidak hanya itu, kata Joko, digitalisasi pasar tradisional juga bisa mendorong menaikkan daya saing pasar tradisional untuk bersaing dengan pasar modern dan bisa bertahan menghadapi persaingan di era teknologi digital.

"Suka tidak suka, pasar tradisional harus mulai mengadopsi teknologi dengan cepat agar tidak tenggelam. Mereka bisa bersaing dengan pasar modern di era teknologi digital ini. Siapa pun bisa mengakselerasi transformasi cara kerja pasar rakyat dari tradisional ke digital," kata Joko.

Diketahui, hingga saat ini, penggunaan transaksi pembayaran berbasis elektronik yang dilakukan masyarakat Indonesia relatif masih rendah, dibandingkan dengan negara-negara ASEAN. Persentase transaksi dengan uang tunai di Indonesia paling tinggi yakni sebesar 99,4%, Thailand dengan 97,2%, Malaysia dengan 92,3%, dan Singapura denga 55,5%.

Di dunia, transaksi non tunai didominasi oleh negara-negara maju seperti Perancis, Kanada, Inggris , dan Swedia. Saat ini Belgia menjadi negara dengan penduduk paling aktif melakukan transaksi non tunai.