Jumlah Penonton Meningkat Tapi Film Indonesia Belum Jadi Tuan Rumah

Oleh : Amazon Dalimunthe | Jumat, 29 Maret 2019 - 08:25 WIB

INDUSTRY.co.id -JAKARTA-- Meski jumlah penonton film mengalami peningkatan tajam, mencapai 52 juta orang di tahun 2018) namun ternyata film Indonesia belum menjadi tuan rumah di Negeri sendiri. Hal tersebut terungkap saat Pusat Pengembangan Perfilman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berkerjasama Forum Wartawan Hiburan (Forwan) Indonesia menggelar Seminar Film dalam rangka peringatan hari film Indonesia yang jatuh tanggal 30 maret mendatang.

Seminar yang mengusung tema Film Indonesia Menjadi Tuan Rumah Di Negeri Sendiri dan Tamu Mulia di Negeri Lain,  Menghadirkan narasumber Djohny Syafruddin,  Ketua Gabungan Pengusaha Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI), Dian Srinursih,  Kepala Perijinan dan Pengendalian Pusat Pengembangan Perfilman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Ahmad Yani Basuki Ketua Lembaga Sensor Film, Ody Mulya Hidayat (Produser Max Picture), Yan Wijaya Pengamat Film, Dimas Supriyanto (Wartawan senior), Nini Suny, dan Didang Prajasasmita (Wartawan senior/Forwan).

Menurut pengamat Film Yan Wijaya, Film Indonesia belum menjadi tuan rumah di negeri sendiri, semua itu karena dominasi film asing masih kuat. "Pada periode tahun 2018 saja, film asing khususnya dari Hollywood, India masing menguasai pasar film Indonesia," ujar Yan.

Mantan wartawan Majalah Film ini, menambahkan secara bisnis film asing masih jauh lebih menguntungkan. "Dengan Raihan penonton film Dilan yang mencapai angka 5 juta kita sudah bangga, padahal secara penghasilan dengan jumlah penonton yang sama film Marvel penghasilannya lebih besar ketimbang dengan Dilan," papar Yan.

Sementara Djohny Syafruddin selaku pengusaha Bioskop,  berharap pemerintah segera menyeragamkan angka pajak tonton hingga sepuluh persen. "Kalau ingin bioskop bisa tumbuh di daerah-daerah sebagai basis penonton film Indonesia, pemerintah harus menurunkan pajak tontonan hingga sepuluh persen dan harus berlaku di seluruh Indonesia," kata Djohny.

Selain pajak tontonan yang masih tinggi Djohny juga menyoroti tingginya tarif dasar listrik untuk bioskop yang disamkana dengan tariff dasar listrik industry besar.  "Mestinya pemerintah juga memberlakukan tarif khusus untuk bioskop, karena tarif yang ada sekarang masih terlalu tinggi," kata Djohny.

Dalam seminar juga diungkapkan bahwa tema cerita film saat ini semakin berkembang yang membuat penonton memiliki pilihan yang cocok untuk dirinya. “Film Dilan baik 1990 dan 1991 adalah bukti bahwa film yang memiliki latar belakang cerita yang baik akan mendapat penonton yang banyak. Saya akan terus buat film dengan cerita yang baik dari penulis yang baik pula. Karena itu syarat utama film,” kata Ody Mulya produser Maxi Pictures. (AMZ)