Mochtar Riady Ingatkan Pelaku Usaha Agar Sensitif dalam Perkembangan Ekonomi Digital

Oleh : Herry Barus | Kamis, 28 Februari 2019 - 07:00 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta - Di hadapan beberapa perwakilan CEO dari berbagai perusahaan terkemuka di Indonesia, founder Lippo Group, DR. Mochtar Riady mengingatkan agar para pelaku usaha tetap fokus dan sensitif terhadap perkembangan era digital yang berkorelasi pada ekonomi, teknologi dan politik.

" Ke tiga komponen ini penting dan saling mengisi dalam kaitannya pada era digital. Pelaku usaha sebaiknya harus up to date dan mampu mengelola data yang dimiliki. Jika tidak mampu mengimbangi kekuatan ekonomi digital, bersiaplah menghadapi kemunduran, "ungkap Mochtar Riady dalam acara CEO Power Breakfast 2019 dengan tema : Building a Lasting Legacy in the Digital Economy Era" atau Membangun Warisan di Era Ekonomi Digital, Jakarta, Rabu, 27/2/2019 di Jakarta.

Pada acara CEO Power Breakfast 2019 kali ke dua yang diadakan Siloam Hospitals Group, Mochtar Riady mengambil contoh pada pesatnya perkembangan bisnis yang dikelola secara digital oleh perusahaan Alibaba dan Amazon.

"Dekade 1990, sebagian pasar modal di Amerika dikuasai oleh Walmart sebagai pelaku usaha di bidang retail dan pelayanan. Namun, disaat ekonomi mulai dikelola secara digital, kini tiga tahun terakhir, semua tertuju pada jasa digital yang dikelola oleh Alibaba juga Amazon. Kuncinya adalah pelaku usaha harus lebih sensitif terhadap perkembangan data digital yang mengacu pada sektor ekonomi, teknologi juga bidang politik, " imbuh nya.

Di tempat yang sama, Menteri Pariwisata RI, Arief Yahya turut mengamini apa yang disampaikan oleh pendiri Lippo Group tersebut.

Sebagai panelis dalam acara tersebut, Arief  menyampaikan bagaimana perkembangan Pariwisata Indonesia disebabkan oleh digitalisasi sektor pariwisata Indonesia, utamanya promosi digital wonderful Indonesia.

Ia menjelaskan di Kementerian Pariwisata anggaran yang ada digunakan untuk kegiatan berbasis digital sebanyak 70% sementara untuk promosi konvensional 30%. "Ini menunjukan bahwa pengaruh digital sangat besar bagi pariwisata. Ditambah ada perubahan gaya hidup terutama bagi kaum milenial terhadap penggunaan teknologi, " ungkap Arief.