Dihadiri 250 Peneliti Global, Konferensi International VOICE 2018 Resmi di Gelar

Oleh : Hariyanto | Kamis, 13 Desember 2018 - 11:19 WIB

INDUSTRY.co.id - Nusa Dua - Pusat Kajian dan Advokasi Perlindungan dan Kualitas Hidup Anak Universitas Indonesia (PUSKAPA) bekerjasama dengan Care and Protection of Children (CPC) Learning Network Columbia University menyelenggarakan konferensi internasional tiga hari Viable and Operable Ideas for Child Equality (VOICE) dengan tema “Finding Scientific Answer to the 21st Century Challenges for Families, Communities, and Public Policy”.

VOICE 2018 adalah konferensi internasional tentang perlindungan dan kesejahteraan anak yang pertama kalinya diselenggarakan oleh pusat penelitian Indonesia dan diadakan di Indonesia. 

Santi Kusumaningrum, Direktur PUSKAPA, menjelaskan, dalam konferensi ini hadir sekitar 250 peneliti global, praktisi pembangunan dan kemanusiaan, pembuat kebijakan, dan pemimpin muda yang berbagi dan berbicara tentang bukti ilmiah di bidang perlindungan anak dan mendiskusikan cara-cara untuk mewujudkannya menjadi tindakan yang berarti. 

"Perlindungan anak adalah masalah yang bermuatan emosional, namun kita harus memastikan bahwa kebijakan tidak dibuat berdasarkan emosi dan yang bersifat populis, tetapi pada data yang diteliti dengan baik" kata Santi melalui keterangan resmi yang diterima INDUSTRY.co.id, Kamis (13/12/2018).

Mark Canavera, Co-Director of CPC Learning Network at Columbia University mengatakan, Konferensi VOICE menunjukkan bahwa kepemimpinan Indonesia dalam perlindungan anak dan kesejahteraan keluarga semakin menguat. Merupakan misi dari CPC Learning Network untuk menghubungkan akademisi, pembuat kebijakan, dan para praktisi dalam menemukan solusi berbasis bukti untuk perlindungan anak yang lebih baik dan kami bangga menjadi bagian dari proses ini dan bekerja sama dengan PUSKAPA. 

"Konferensi VOICE berfungsi sebagai platform yang sangat bagus di mana pembelajaran yang dihasilkan di Indonesia akan berkontribusi terhadap dialog dan kemajuan global,” demikian tutur Mark Canavera, Co-Director of CPC Learning Network at Columbia University.

Ada tiga tantangan utama abad ke-21 berkaitan dengan perlindungan dan kesejahteraan anak yang dibahas dalam konferensi ini: migrasi terutama yang disebabkan oleh perubahan iklim yang juga mempengaruhi kesejahteraan anak-anak; norma-norma sosial yang menjadi bahaya bagi anak-anak; serta mengubah teknologi dari ancaman menjadi bermanfaat bagi anak-anak.  

Dalam konferensi ini peserta dari negara-negara termasuk Amerika Serikat, Inggris, Ghana, India, Zambia, Uganda, Pakistan, Nigeria, Liberia, Bangladesh, dan Indonesia akan saling mendorong kerjasama dan membentuk jaringan internasional di bidang perlindungan dan kesejahteraan anak.

 "Acara seperti VOICE mutlak diperlukan karena menyatukan orang-orang yang tertarik pada masalah perlindungan anak. Kami percaya bahwa perlindungan anak adalah masalah kompleks yang patut mendapat perhatian dari banyak pemangku kepentingan, baik lembaga pemerintah, akademisi, aktivis masyarakat, atau pelaksana program. Konferensi VOICE menyatukan para peneliti global dan adalah selaras dengan misi Universitas Indonesia untuk menjadi salah satu universitas riset terkemuka di dunia.” kata Arie Setiabudi Soesilo - Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia.

Konferensi ini memfasilitasi para pembuat kebijakan dan peneliti untuk saling berbagi tentang faktor-faktor yang berdampak pada keberhasilan tujuan pembangunan nasional Indonesia dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. 

Pungky Sumadi, Deputi Bidang Kependudukan dan Ketenagakerjaan Kementerian PPN/Bappenas menjelaskan lebih lanjut, Pemerintah mengakui bahwa anak-anak adalah lebih dari sekadar kelompok usia d Mereka adalah warga negara Indonesia dan berhak mendapatkan perlindungan penuh dari pemerintah. 

"Pemerintah Indonesia menyadari sepenuhnya bahwa perlindungan anak dan kesejahteraan sangat bersinggungan, dan berkomitmen untuk memprioritaskannya dalam sasaran pembangunan nasional. "  katanya.

Konferensi ini terselenggara atas dukungan UNICEF Indonesia, Learning Initiatives on Norms, Exploitation, and Explanation (LINEA), Kolaborasi Masyarakat dan Pelayanan untuk Kesejahteraan (KOMPAK), The Asia Foundation, Institute for Reproductive Health at Georgetown University, dan Australia Indonesia Partnership for Justice 2.