Semester I-2018, Pendapatan Usaha Intiland Development Tumbuh 35 Persen

Oleh : Abraham Sihombing | Minggu, 19 Agustus 2018 - 13:48 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta –PT Intiland Development Tbk (DILD), emiten Bursa Efek Indonesia (BEI) yang berbisnis di bidang pengembang properti, membukukan pendapatan usaha sebesar Rp1,8 triliun pada semester pertama 2018.

“Jika dibandingkan di periode yang sama pada tahun sebelumnya sebesar Rp1,3 triliun, maka pendapatan perseroan pada semester pertama tahun ini menunjukkan peningkatan sebesar 34,9%,” ujar Archied Noto Pradono, Duirektur Pengelolaan Modal dan Investasi Intiland, di Jakarta, Sabtu (18/08/2017).

Archied mengemukakan, kenaikan itu didukung oleh peningkatan pendapatan dari segmen pengembangan kawasan perumahan dan penjualan lahan non-inti, terutama berasal dari penjualan unit-unit rumah di kawasan perumahan Graha Natura Surabaya.

“Tantangan di industri properti masih berat. Kendati pemerintah telah menerbitkan sejumlah stimulus pertumbuhan sektoral, namun pasar dan konsumen masih cenderung bersikap wait and see untuk mengantisipasi perkembangan dan dampak pesta demokrasi yang akan dilaksanakan hingga tahun depan,” papar Archied,

Meski demikian, menurut Archied, manajemen perseroan tetap optimistis terhadap perbaikan kondisi pasar properti pada semester kedua tahun ini, kendati tingkat pertumbuhannya mungkin tidak terlalu tinggi.

Menurut segmen pengembangannya, kawasan perumahan adalah kontributor pendapatan usaha terbesar yang nilainya mencapai Rp1,1 triliun atau 61,3% dari keseluruhan. Jika dibandingkan per Juni 2017 sebesar Rp220 miliar, segmen itu melonjak lebih dari 400%.

Kemudian diikuti oleh segmen pengembangan mixed use & high rise yang tercatat sebesar Rp422,2 miliar atau 23,4% dari pendapatan konsolidasi. Jika dibandingkan di periode yang sama tahun lalu sebesar Rp316,1 miliar, maka segmen tersebut tumbuh 33,6%.

Archied menjelaskan, segmen pengembangan kawasan industri per Juni 2018 belum memberikan kontribusi pendapatan usaha. Kondisi ini berbeda dibanding per Juni 2017, dimana perseroan menjual lahan industri Ngoro Industrial Park senilai Rp551,1 miliar.

“Sebenarnya, ada marketing sales lahan industri Ngoro Industrial Park senilai Rp45 miliar, tetapi belum dibukukan ke dalam pendapatan usaha pada semester pertama tahun ini,” ungkap Archied.

Segmen properti investasi berkontribusi senilai Rp276,1 miliar atau 15,3% dari pendapatan konsolidasi per Juni 2018. Itu terlihat naik 9,4% dibandingkan per Juni 2017 sebesar Rp252,38 miliar.

“Pendapatan segmen tersebut bersifat berkelanjutan (recurring income). Peningkatannya ditopang oleh kenaikan pendapatan dari perkantoran sewa serta pengelolaan sarana dan prasarana, termasuk sport club,” papar Archied.

Pendapatan usaha dari pengelolaan sarana dan prasarana mencapai Rp139,2 miliar, disusul dari pendapatan sewa gedung perkantoran senilai Rp105,8 miliar, serta dari kawasan industri senilai Rp31,1 miliar.

Adapun menurut sumber pendapatan usaha, pendapatan penjualan atau development income memberikan kontribusi sebesar Rp1,53 triliun atau memberikan kontribusi 84,7% dari keseluruhan. Sisanya adalah pendapatan berkelanjutan sebesar Rp276,1 miliar atau 15,3% dari keseluruhan.

Sepanjang semester I tahun 2018, kinerja profitabilitas perseroan mengalami sedikit tekanan. Perseroan tercatat membukukan laba kotor sebesar Rp520 miliar dan laba usaha senilai Rp173 miliar.

Dibandingkan per Juni 2017, laba kotor DILD turun 10,7% dan laba usaha turun 38,5%. Sementara laba bersihnya terpangkas 39,2% menjadi Rp142 miliar dibandingkan per Juni 2017 sebesar Rp234 miliar.

“Penurunan kinerja laba terutama disebabkan oleh peningkatan biaya operasional dan beban bunga,” tutur Archied. (Abraham Sihombing)