Semester I-2018, Realisasi Investasi Migas Capai Rp 137,26 T

Oleh : Ahmad Fadli | Minggu, 12 Agustus 2018 - 10:35 WIB

INDUSTRY.co.id, Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat sampai pada semester I 2018 realisasi investasi di sektor ESDM telah mencapai US$ 9,48 miliar atau setara Rp 137,26 triliun.

Dari jumlah tersebut, sebesar US$ 5,11 miliar merupakan realisasi investasi dari sektor minyak dan gas bumi (migas), lalu sebesar US$ 2,83 miliar adalah realisasi dari sektor ketenagalistrikan. Sedangkan, realisasi untuk sektor pertambangan sampai pada semester I 2018 tercatat US$ 790 juta, dan sebesar US$ 750 juta merupakan realisasi investasi di sektor energi baru, terbarukan, dan konservasi energi (EBTKE).

Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar mengatakan, rendahnya harga energi global dalam tiga tahun terakhir menjadi tantangan tersendiri bagi sektor ini. "Investasi ESDM ditargetkan terus meningkat di tengah tantangan ekonomi global. Perlu untuk diawasi dan dievaluasi terus menerus agar target tersebut dapat tercapai," ungkap Arcandra belum lama ini.

Archandra mengatakan fokus yang akan dilakukan pemerintah untuk meningkatkan realisasi investasi di sektor ESDM yakni dengan menghapus regulasi dan perizinan yang menghambat investasi."Selain itu juga ada pendampingan atau fasilitasi investasi, dan kecepatan pengambilan keputusan strategis," sebut Arcandra.

Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi menjelaskan khusus di sektor migas, realisasi investasinya tidak bisa dilihat secara per bulan, tetapi pencapaiannya bisa dilihat di akhir tahun nanti.

"Siklusnya realisasi investasi hulu dan hilir migas itu tahunan, tidak bisa diliat perbulan, tetapi bisa kita lihat nanti progresnya akhir tahun. Mudah-mudahan di akhir tahun bisa tercapai targetnya, kami berusaha untuk mencapainya," tutur Agung

Adapun, pada 2017, realisasi investasi di sektor ESDM mencapai US$ 27,5 miliar. Dengan rincian US$ 11 miliar berasal dari sektor migas, US$ 9,1 miliar dari sektor ketenagalistrikan, US$ 6,1 miliar dari sektor pertambangan, dan US$ 1,3 miliar dari sektor EBTKE