Jaminan Ketersediaan Listrik Disyaratkan Investor di Riau

Oleh : Herry Barus | Senin, 06 Februari 2017 - 16:41 WIB

INDUSTRY.co.id - Pekanbaru- Pemprov Riau menyadari iklim investasi di daerah berjuluk "Bumi Lancang Kuning" itu belum sepenuhnya kondusif karena hingga kini belum adanya jaminan ketersediaan listrik.

"Investasi di industri level menengah butuh jaminan ini, seperti pabrik pengolahan kelapa sawit. Sementara, kondisi kelistrikan di Riau tak memadai," kata Kepala Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi Riau, Evarefita, kepada wartawan di Pekanbaru, Senin  (6/2/2017)

Meski demikian, Evarefita seperti dilansir Antara optimistis dalam jangka satu tahun ke depan, keadaan tersebut bisa diatasi, karena pembangkit PLTU Tenayan sudah beroperasi dan dilanjutkan pembangunan gardu induk di Perawang, Kabupaten Siak serta jaringan transmisi yang menjangkau seluruh Riau.

Terkait terhambatnya pembangunan gardu induk dan jaringan transmisi oleh sejumlah perizinan dan pembebasan lahan, Evarefita mengaku tidak mengetahui secara persis. Namun dari informasi yang ia terima, pembangunan tersebut sudah berjalan.

"Memang ada hambatan terkait RTRW (Rencana Tata Ruang dan Wilayah) yang belum kelar. Namun, persoalan itu saat ini sudah dalam tahapan final dan sebentar lagi akan disahkan," katanya.

Ia mendapat informasi saat rapat dengan Badan Kordinasi Penanaman Modal (BKPM) di Jakarta, disebutkan bahwa RTRW Riau akan disahkan pada bulan Maret mendatang. "Ketika RTRW sudah tuntas maka target investasi kita akan lebih dari sebelumnya. Kendala dalam kawasan RTRW, sudah masuk dalam Proyek strategis Pemerintah," ujarnya.

Evarefita menjelaskan, tahun ini Riau diberikan target untuk investasi baik itu Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMA) Rp20,3 triliun. Jumlah itu naik dari target tahun 2016 yang hanya Rp18 triliun.

"Kalau tahun lalu capaian target investasi di Riau hanya Rp14,65 triliun di mana PMA 8,5 triliun dan PMDN sekitar Rp6 triliunan," ujar Evarefita.

Untuk kabupaten/kota dengan investasi terbesar itu adalah Dumai, Siak, Pelalawan dan Pekanbaru serta Indragiri Hulu. Diperkirakan tahun 2017, Kota Dumai masih menjadi target investasi besar di Riau.

"Sedangkan sektor yang masih menjadi sasaran pada tahun 2016 lalu minyak pengolahan CPO, Tanaman Pangan, Real Estate dan Perhotelan. Tahun ini kita selaraskan dengan Wisata," jelasnya.

Secara nasional sendiri, pada 2016 posisi target investasi sektor PMDN Riau berada di nomor 10 di Indonesia sedangkan PMA berada di posisi nomor 11 nasional. "Sedangkan tahun 2015 PMA nomor 14 dan PMDN nomor 7, kemudian target kita 2017 disamakan dengan Sumut dan Sumsel," ujar Evarefita.

Sementara itu, pengamat tata kota Pekanbaru, Mardianto Manan menilai, persoalan listrik memang sangat erat kaitannya dengan investasi yang akan masuk ke sebuah wilayah.

"Bagaimana pun, investor pasti akan banyak pertimbangan ketika listrik di Riau masih bersifat lokal. Karena saat ini semua penunjang investasi pasti menggunakan listrik, apa saja, bahkan orang cukur jenggot juga pakai listrik," katanya.

Untuk menuntaskan persoalan rencana tata ruang dan wilayah, lanjutnya, yang menjadi kendala untuk pembangunan transmisi listrik dan gardu induk tersebut, Gubernur Riau harus memiliki keberanian untuk melakukan percepatan.

Namun demikian, menurut Mardianto pembangunan harusnya tetap berlanjut, dan tidak boleh terhambat oleh persoalan RTRW. Karena persoalan listrik menurutnya adalah hal yang urgens.

"Kita tidak boleh mengkambinghitamkan masalah RTRW untuk kemudian menunda pembangunan transmisi listrik dan gardu induk tersebut," katanya