Potensi Lahan Pengembangan Bawang Putih Indonesia 1,2 Juta Hektare

Oleh : Hariyanto | Kamis, 03 Mei 2018 - 20:15 WIB

INDUSTRY.co.id - Semarang - Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian (Balitbangtan Kementan) memastikan potensi lahan untuk pengembangan bawang putih melampaui kebutuhan untuk swasembada. Soalnya, dari 1,2 juta lahan potensial untuk sayuran dataran tinggi di Indonesia, cuma butuh 78 ribu hektare.

"Bawang putih hanya butuh lahan 78 ribu ha. Tapi, minta tanah bagus. Jadi, peluang-peluang (swasembada) itu ada," ujar peneliti utama Balai Besar Sumber Daya Lahan Pertanian (BBSDLP) Balitbangtan, Ir. Anny Mulyani, MS, sela Rakor Pengembangan Bawang Putih di Semarang, Jawa Tengah, Kamis (3/5/2018).

Seluas 1,2 juta hektare tersebut, katanya, berada di dataran tinggi beriklim kering berdasarkan hasil pemetaan skala 1:250.000 se-Indonesia. Dataran tinggi beriklim kering umumnya berada di wilayah timur, meski yang terluas di Pulau Jawa. 

"Yang punya gunung api, yang bekas meletus ratusan tahun lalu, itu yang subur," jelasnya. 

Lahan sekitar gunung berapi subur, lantaran tanahnya Andisol, dengan tekstur mengandung pasir. Sehingga, layak untuk budi daya komoditas hortikultura.

Sebagian besar dari 1,2 juta hektare tersebut belum termanfaatkan dengan baik. Umumnya banyak semak belukar. Untuk menjadi lokasi pengembangan bawang putih, harus disiapkan dulu karena banyak syarat. Di antaranya, tanah, tekstur, dan kandungan hara. 

"Haranya harus tercukupi, karena itu umbi. Tanpa pupuk, takkan bisa (tumbuh)," jelas Anny.

Dia tak bisa memperkirakan berapa biaya mengolah lahan marginal yang ditumbuhi semak belukar ini, agar bisa menjadi lokasi budi daya bawang putih. Namun, diyakininya lebih murah daripada pemanfaatan lahan rawa.

"Tapi di lahan yang semak belukar, ditumbuhi rumput-rumput, tidak banyak pohonnya, tidak butuh banyak biaya," katanya. Untuk pemanfaatan suatu hamparan lahan rawa, Kementan mengucurkan Rp4 juta. Itu untuk membuka lahan dan penataan air.

Untuk membabat semak belukar, tambah Anny, cuma butuh revitalisasi dengan cover crop dan pupuk berimbang serta amelioran untuk meningkatkan hara. Sedangkan pada lahan masam, perlu dikapur dulu sehingga mencapai pH ideal 6-7.

"Yang semak-semaknya dilapukan dulu, perlu waktu itu. Enggak bisa dibuang, langsung ditanam. biasanya masyarakat pakai herbisida, supaya rumput-rumputnya mati," urainya.

Anny mengingatkan potensi lahan 1,2 juta hektare tersebut cuma mencakup biofisiknya. Terkait kepemilikan, BBSDLP tak mengidentifikasinya lantaran bukan kewenangannya. Sehingga, perlu sinergi dengan pihak lain, seperti Badan Pertanahan Nasional (BPN), Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup (KLHK), serta pemerintah daerah (pemda).

Dia melanjutkan, banyak tantangan dalam pemanfaatan lahan marginal tersebut atau ekstensifikasi. Misalnya, kesiapan masyarakat, infrastruktur, dan sarana produksi. Karenanya, "Semua pihak harus berkoordinasi dengan berbagai bidang, aspek," pungkasnya.