Konflik Sosial Berdampak Buruk Bagi Sektor Kelapa Sawit

Oleh : Hariyanto | Kamis, 19 Januari 2017 - 16:21 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta, Penelitian terbaru menunjukkan bahwa konflik sosial berdampak sangat signifikan terhadap perusahaan kelapa sawit.

Penelitian 'The Cost of Conflict in Palm Oil in Indonesia' yang laksanakan oleh Daemeter Consulting untuk Conflict Resolution Unit (CRU) IBCSD ini menyebutkan, biaya yang terakumulasi akibat konflik sosial sangat signifikan dan berpotensi menghambat produktivitas perusahaan.

Biaya ini seringkali diabaikan, padahal hal ini dapat merugikan komunitas dan pemerintah daerah.

Penelitian yang didanai oleh Pemerintah Inggris melalui Unit Perubahan Iklim Inggris (UK Climate Change Unit/UKCCU) yang berbasis di Kedutaan Inggris di Jakarta ini bertujuan untuk menganalisis biaya yang ditimbulkan akibat konflik sosial di sektor kelapa sawit.

“Kami ingin memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai dampak konflik sosial terhadap perusahaan kelapa sawit dengan cara menghitung seluruh biaya langsung dan tidak langsung, termasuk nilai kerugian aset berwujud maupun tak berwujud.” ujar Presiden Direktur Daemeter Aisyah Sileuw melalui keterangan tertulis yang diterima INDUSTRY.co.id di Jakarta, Kamis (19/1).

Hasil kajian beberapa studi kasus dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kerugian berwujud yang langsung dialami bisnis kelapa sawit akibat dari konflik sosial dapat mencapai 2.500.000 dolar AS, mewakili 51% hingga 88% dari biaya operasional perkebunan kelapa sawit, atau 102% hingga 177% dari biaya investasi per hektar per tahun.

Kerugian biaya terbesar disebabkan hilangnya pendapatan operasional perkebunan dan waktu kerja para karyawan yang dialokasikan untuk menanggulangi konflik sosial tersebut.

Penelitian ini juga memperlihatkan kerugian biaya 'tersembunyi' (intangible) yang mencapai 9.000.000 dolar AS berupa kerugian tidak langsung akibat risiko konflik yang berulang atau konflik yang memburuk, kerugian akibat memburuknya reputasi bisnis dan risiko kekerasan terhadap harta benda dan manusia.