OJK: Target Pertumbuhan Kredit Perbankan 12 Persen

Oleh : Herry Barus | Jumat, 16 Maret 2018 - 07:09 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta- Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso mengatakan pertumbuhan kredit perbankan pada tahun ini sebesar 12 persen dari total pinjaman yang disalurkan pada 2017 Rp4.763,2 triliun.

"Harapan kami, dengan 12 persen ini, sudah kami hitung bisa dukung pertumbuahn ekonomi 5,4 persen," kata Wimboh saat pidato laporan pertemuan para pimpinan bank umum dengan Presiden Joko Widodo di Istana Negara Jakarta, Kamis (15/3/2018)

Wimboh yakin industri perbankan nasional bisa lebih besar lagi mendukung perkembangan kredit dibanding tahun lalu yang tidak sesuai target.

Pada 2017 pertumbuhan kredit perbankan 8,24 persen yang lebih rendah dari rencananya bisnis yang direncanakan.

"Kita paham beberapa bank masih dalam konsolidasi kredit macet, sehingga kredit macet ini diantaranya harus dihapus, supaya Non Performing Loan-nya atau catatan kredit macetnya rendah karena itu menjadi indikator ekonomi Indonesia," tuturnya.

Dia juga mengatakan pertumbuhan 8,24 persen tahun lalu, memang lebih banyak didukung bank BUMN sebesar 11,55 persen.

Sedangkan kantor cabang bank asing tumbuh nisbi rendah 2,7 persen karena memang lebih banyak cleaning NPL dan Bank Pembangunan Daerah (BPD) tumbuh 9,09 persen.

Wimboh yakin pertumbuhan kredit pada tahun ini akan tercapai karena didukung kondisi suku bunga yang semakin rendah.

"Pada 2017 suku bunga deposito sudah turun 65 basis poin (bps) dan suku bunga kredit turun 77 bps selama setahun kemarin. Dan tren penurunan ini kita harap masih terus berlanjut untuk merespon penurunan BI rate yang kemarin terjadi beberapa kali," harapnya.

Kepala OJK ini tetap yakin target pertumbuhan kredit yang dicanangkan walaupun ada kemungkinan kenaikan suku bunga the Fed.

"Tapi ini sudah beberapa kali terjadi, dan kelihatannya ekonomi Indonesia bisa memitigasi dengan baik, meski kemarin beberapa naik, ekonomi kita stabil, dan 'financial sector' tetap terjaga," ujarnya.

Wimboh juga mengungkapkan aspek likuidutas pada tahun lalu sangat sangat over karena ada dana ekses (excess reserve) Rp266 triliun akan mendukung untuk pertumbuhan kredit. (Ant)