BMKG: Kondisi Cuaca Basah, Potensi Karhutla Tetap Ada

Oleh : Herry Barus | Kamis, 15 Maret 2018 - 14:42 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan, kondisi cuaca tahun 2018 lebih basah dibandingkan tahun 2015. Selain itu, tingkat kekeringan tidak seekstrim tahun 2015.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, pada Mei-Agustus 2018, Indonesia memasuki musim kering namun tidak merata.

Kemudian, dilanjutkan musim hujan secara merata di seluruh wilayah Indonesia pada Oktober hingga Desember. Sementara itu, hingga Mei, cuaca dikategorikan dalam kondisi weak La Nina.

“Potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) tetap ada dan harus diantisipasi sejak dini,” kata Rita sapaan akrab Dwikorita dalam Munas ke 10 Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) bertema

“Kemitraan dengan petani sawit Demi kesejahteraan bangsa” yang berlangsung (14/3/2018)-Jumat (16/3/2018) di Jakarta.

Menurut Rita, sebagian wilayah di Sumatera, Jawa dan Kalimantan, pada bulan Maret telah memasuki puncak musim kering. Karena itu, potensi hutan terbakar tetap ada dan harus diantisipasi.

“Pada saat bersamaan, ada juga wilayah mengalami puncak musim hujan seperti pantai barat Sumatera. sebaliknya di pantai timur justru kering," kata mantan Rektor Universitas Gajah Mada (UGM) tersebut.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG Mulyono Prabowo menambahkan, kondisi cuaca tahun ini yang diprediksi normal, merupakan momentum yang baik untuk produksi sawit.

"Saat ini ada weak La Nina hingga Mei. cuacanya lebih basah dibandingkan 2015. Prediksi kami pada Maret-April hujan meski tidak merata," kata Prabowo

Potensi karhutla  masih ada. Namun BMKG telah berkoordinasi dengan Kementerian LHK untuk antisipasi pencegahan."Antisipasi dini harus tetap ada, sehingga saat memasuki kemarau, kebakaran tidak meluas," kata dia.

Ketua bidang Agraria dan Tata Ruang Eddy Martono Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Eddy Martono memperkirakan, produksi minyak sawit (CPO/ crude palm oil) nasional tahun 2018 bakal meningkat dibandingkan 2017.

Naiknya produksi, didukung kondisi cuaca tahun 2018 yang cenderung normal.  "Efek cuaca tahun ini tidak terlalu bagus, namun juga tidak buruk. Panen tidak akan terganggu seperti yang terjadi pada tahun 2017.”

Eddy memperkirakan, cuaca  yang normal seperti itu akan berdampak baik bagi produksi. Dampak El Nino tahun 2015 dipastikan tidak lagi. Karena itu, produksi CPO tahun ini diperkirakan bisa naik lebih dari 38 juta ton.

Selama tidak terjadi banjir berlebihan atau kebakaran, panen tidak terganggu. Begitu memasuki musim hujan. Jika tidak terjadi banjir dalam jangka waktu lama, efeknya tidak terlalu signifikan. Dampaknya, hanya pada  masalah pengangkutan hasil panen dari kebun.

“Sebaliknya jika terjadi kebakaran cukup besar, butuh minimal satu tahun untuk mengembalikan kondisi kebun," kata Eddy.

Eddy juga memastikan, korporasi anggota GAPKI  siap mengantisipasi dampak musim kering dengan perlengkapan yang dibutuhan dalam pencegahan karhutla.

"Tahun ini, kami lebih siap, setelah belajar dari pengalaman tahun 2015. Korporasi sawit juga berkomitmen untuk membantu pemerintah dan masyarat mencegah karhutla. Terbukti, pada tahun 2016-2017 kebakaran berhasl ditangani sehingga tidak meluas," kata Eddy.