Cegah Plagiarisme Dosen Cantik Ini Ajak Mahasiswa Gunakan Kelas Virtual

Oleh : Hariyanto | Senin, 16 Januari 2017 - 17:59 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta, Dosen Program Studi Internasional Relations President University bernama Kunthi Afrilinda Kusumawardani mengajak mahasiswanya memanfaatkan teknologi untuk mencegah plagiarisme di dunia kampus.

Kunti menggunakan teknologi portal turnitin.com untuk mencegah adanya plagiarisme mahasiswa dalam menulis tugas. Selain metode itu, Kunthi menggunakan metode platform schoology atau kelas virtual.

Dengan kelas tersebut, mahasiswa bisa mengakses semua materi yang diberikan. Bahkan mahasiswa dapat berdiskusi dan mengerjakan kuis.

Alasan penerapan model pembelajaran seperti itu adalah mahasiswa saat ini sangat kreatif dan sangat cepat dalam beradaptasi dengan teknologi terbaru. Mahasiswa sangat mengenal dan terkadang bergantung pada internet.

"Hal ini (metode mengajar virtual) saya jadikan sebagai tantangan. Karena saya mencoba untuk memberikan edukasi, informasi, pengetahuan, dan juga pengalaman yang bersifat aplikatif dan tidak bisa mereka dapatkan di internet," ujar Kunthi dalam siaran pers, Senin (16/1).

Sebagai dosen muda, Kunthi percaya pengajar yang disegani adalah yang tidak hanya berwawasan luas, tapi juga mendalam di bidang ilmunya. Dia percaya bahwa respect is earned and work both ways dapat diketahui melalui proses belajar-mengajar di kelas.

Semua ilmu teknologi yang digunakan didapat Kunthi saat menimba ilmu S2 di Cardiff Metropolitan University, United Kingdom. Dia lulus dari kampusnya di Inggris itu pada 2005.

Sebelum belajar di United Kingdom, Kunthi kuliah di President University. Tesis Kunthi mengambil judul 'Indonesia Foreign Policy in Addressing The Issue of People Smuggling' (2009-2011) dengan dosen pembimbing Prof Anak Agung Banyu Perwita PhD. Dia lulus pada 2012 dengan IPK 3,76. Kunthi sempat magang di Kementerian Luar Negeri, bagian keamanan internasional dan pelucutan senjata.

Di sana, Kunthi banyak mendapat informasi mengenai hubungan diplomatik antara Indonesia dan berbagai negara untuk menjaga keamanan internasional.

Kunthi juga banyak belajar mengenai isu terorisme, yang merupakan salah satu unit di Keamanan Internasional dan Pelucutan Senjata (KIPS), serta cara menanggulanginya dilihat dari sisi diplomasi. Dia pernah menjadi petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara Luar Negeri (KPPSLN) Pilpres 2014 di KBRI London.

Setelah menyelesaikan gelar MBA di Inggris, Kunti kembali ke Indonesia. Dia berminat dalam dunia mengajar.

"Saya kembali ke Indonesia dan menjadi dosen, karena sangat tertarik di dunia mengajar sejak magang menjadi asisten dosen. Jadi, sebelum lulus S2, saya sudah ditawari bekerja di President University, karena minat dan passion saya, maka saya putuskan untuk menjadi seorang dosen di almamater tercinta ini," kata dosen muda kelahiran Bogor 26 tahun lalu ini.

Bagi Kunthi, mengajar mengingatkannya kembali saat-saat menjadi mahasiswa pada 2008-2012. Dia juga senang mengajar menggunakan bahasa Inggris.

"Alasan saya masuk President University karena proses belajar-mengajar menggunakan bahasa Inggris, terdapat banyak mahasiswa asing, serta adanya tawaran beasiswa dari Jababeka. Jurusan International Relations saya pilih karena saya suka dengan isu-isu internasional, politik, dan juga feminisme," ungkap Bendahara President University Student Council (PUSC) atau senat mahasiswa periode 2008-2009 ini.