Tergerus E-commerce, Begini Strategi Mal Mewah Bal Harbour Shops Tetap Eksis

Oleh : Ahmad Fadli | Senin, 12 Februari 2018 - 10:34 WIB

INDUSTRY.co.id, Jakarta - Banyaknya ritel modern yang gulung tikar seiring perkembangan digital tampaknya tidak membuat pusat perbelanjaan di Miami bernama Bal Harbour Shops. Mal tersebut menampilkan hal berbeda ketimbang pusat perbelanjaan di tempat lain yang ada di penjuru negara bagian Amerika Serikat.

Pasalnya, tempat yang kebanyakan dikunjungi oleh orang-orang kaya itu disebut lebih mirip dengan resor mewah ketimbang pusat perbelanjaan pada umumnya.

Seperti diberitakan Bloomberg, posisi Bal Harbour Shops ini seperti tidak terpengaruh oleh fenomena tutupnya retail-retail modern yang berimbas hingga ke negara lain di luar AS. Bahkan, mal ini tercatat sebagai salah satu pusat perbelanjaan yang paling produktif di AS.

"Mal di area penduduk dengan pendapatan tinggi akan terus berkembang," kata pemerhati retail dari firma konsultan A.T. Kearney, Michael Brown, dalam laporan tersebut.

Untuk Bal Harbour Shops, pengunjungnya ada yang berasal dari tempat jauh dan rela menempuh perjalanan panjang untuk datang ke mal tersebut.

Selain itu, juga ada orang-orang di sekitar yang tidak mau ketinggalan menjajal mal tersebut, terlebih mereka yang menginap di hotel-hotel mewah dengan jarak yang tidak terlampau jauh.

"Ada hotel Ritz Carlton yang harga kamarnya bisa mencapai 1.000 dolar AS per malam, dan masih banyak lagi kondominium mewah yang berdekatan dengan pantai," tutur Brown.

Salah satu lembaga penelitian real estat bernama Green Street Advisors turut menempatkan Bal Harbour Shops sebagai mal nomor satu dari pusat perbelanjaan mewah lain yang punya keuangan yang sehat.

Menyusul Bal Harbour Shops, ada Americana Manhasset di pantai utara New York's Long Island, Forum Shops di Las Vegas, hingga Grove di Los Angeles.

Meski begitu, lembaga tersebut tidak bisa mendapatkan berapa pendapatan Bal Harbour Shops untuk mengetahui seberapa besar keuntungan mereka.

Namun, pengembang Bal Harbour Shops, Matthew Whitman Lazenby, mengungkapkan pihaknya masih harus mewaspadai dampak dari tumbuhnya kegiatan e-commerce.

"Mal untuk orang kaya tidak kebal dari mal online. Tapi, akan sangat sulit juga bagi konsumen untuk membeli perhiasan 10.000 dolar AS tanpa melihat langsung barangnya," ujar Lazenby