Potensi Ekspor Minyak Sawit dan Turunannya Capai 27,5 Juta Ton

Oleh : Herry Barus | Rabu, 11 Januari 2017 - 10:13 WIB

INDUSTRY.co.id - Indonesia memiliki potensi mengekspor 27,5 juta ton minyak sawit dan produk turunannya tahun ini, meningkat 7,01% dari realisasi tahun lalu yang mencapai 25,7 juta ton.

"Dengan perkiraan harga US$650 hingga US$750 per ton, ekspor minyak sawit tahun ini akan setara US$17,88 miliar hingga US$20,63 miliar. Dari total ekspor tersebut, sekitar 25% merupakan porsi produk mentah, yakni minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dan minyak kernel sawit atau palm kernel oil (PKO)," kata Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP-KS), Bayu Krisnamurthi kepada pers di Jakarta, Rabu (11/1).

Kenaikan harga CPO, menurut Bayu seperti dikutip dari Imq akan terjadi pada tahun ini karena pertumbuhan hilirisasi di sub sektor kelapa sawit yang memicu ekspor produk hilir semakin mendominasi dengan nilai tambah lebih tinggi.

"Ekspor minyak goreng atau migor atau RBD palm oil dalam kemasan dan bermerek Indonesia, RBDPKO, dan RBD palm kernel stearin, misalnya, melonjak 22% pada 2016," papar dia.

Bayu menilai, harga CPO pada 2017 diprediksi hanya bergerak di level US$650 hingga US$750 per ton karena produksi CPO diproyeksikan membaik tahun ini. Perbaikan terjadi sebagai dampak kondisi cuaca yang semakin mendukung setelah tertekan El Nino 2015 hingga 2016.

"Perbaikan produksi itu akan menahan gejolak harga CPO di pasar. Tidak akan melonjak lebih tinggi dari harga saat ini, bahkan justru bisa terkoreksi, sedangkan untuk volume ekspor, kami perkirakan naik menjadi 27,5 juta ton," ujarnya.

Pada tahun lalu, lanjut Bayu, ekspor produk hilir sawit mendominasi hingga 75,6% dari total ekspor sawit Indonesia. Peningkatan ekspor produk hilir diyakini berlanjut tahun ini.

"Tahun ini, kami memproyeksikan dana pungutan ekspor sawit menembus Rp10,3 triliun dengan mempertimbangkan ekspor produk hilir yang semakin dominan. Pungutan ekspor produk hilir semakin mengecil, tapi di sisi lain itu menggembirakan karena artinya hilirisasi di sub sektor sawit Indonesia berjalan," tutur Bayu. (Hrb)