Hari ini, IHSG Diprediksi Bakal Tembus Titik Resistensi 6.100

Oleh : Abraham Sihombing | Rabu, 22 November 2017 - 10:02 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) diperkirakan bakal naik pada perdagangan Rabu (22/11/2017), bahkan menembus titik resistensi 6.100, setelah kemarin ditutup turun akibat aksi ambil untung.

“Kendati demikian, aksi ambil untung tersebut tertahan oleh aksi beli pelaku pasar terhadap saham-saham berkapitalisasi besar dan saham-saham lapis kedua pilihan,” ujar Yuganur Wijanarko, analis PT KGI Sekuritas Indonesia, di Jakarta, Rabu (22/11/2017).

Yuganur mengemukakan, aksi beli tersebut ternyata mampu menahan penurunan IHSG ke level psikologis 6.000. Karena kondisi itulah, maka IHSG pada perdagangan hari ini berpeluang untuk menembus titik resistensi baru di posisi antara 6.100-6.175.

Karena itu, menurut Yuganur, dengan adanya peluang IHSG untuk rebound pada hari ini, maka para pelaku pasar dapat memanfaatkan kondisi tersebut untuk mengakumulasi saham-saham pilihan.

Yuganur merekomendasikan BELI saham-saham PT Astra International Tbk (ASII), PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) dan PT Sentul City Tbk (BKSL).

Yuganur menjelaskan, ASII dan ADRO masing-masing berpeluang mencapai kisaran harga Rp8.425-8.625 per unit dan Rp1.825-1.925 per unit. ASII boleh diakumulasi pada rentang harga Rp8.125-8.025 per unit dan ADRO dapat dibeli di kisaran Rp1.705-1.675 per unit.

“Akan tetapi jika harga ASII mencapai Rp7.925 per unit dan ADRO di harga Rp1.625 per unit, maka para pelaku pasar disarankan untuk menjual kedua saham tersebut kembali ke pasar (cut loss),” ujar Yuganur.

Sementara itu, demikian Yuganur, MEDC dan BKSL masing-masing berpotensi bergerak di rentang harga Rp965-995 per unit dan Rp165-175 per unit. MEDC dapat dikoleksi pada kisaran Rp890-870 per unit dan BKSL di rentang harga Rp148-141 per unit.

“Kendati demikian, jika MEDC sudah menyentuh harga Rp820 per unit dan BKSL sebesar Rp132 per unit, maka kedua saham tersebut lebih baik dilepas kembali ke pasar untuk membatasi kerugian lebih lanjut,” imbuh Yuganur. (Abraham Sihombing)