Replanting Dukung Pengelolaan Sawit Berkelanjutan

Oleh : Hariyanto | Sabtu, 21 Oktober 2017 - 10:43 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta-Bantuan dana peremajaan (replanting) sawit yang dimulai dengan kunjungan kerja Presiden Joko Widodo di Kabupaten Musi Banyuasin (Muba) Sumatera merupakan bentuk dukungan konkret pemerintah terhadap pengelolaan sawit berkelanjutan di Indonesia.

“Kehadiran Presiden Jokowi menjadi magnet kuat bentuk kepedulian terhadap industri sawit rakyat berkelanjutan sekaligus tumpuan harapan pemerintah agar peran sawit sebagai pemberi devisa terbesar terus meningkat. Kepercayaan ini bisa menjadi modal bagi Indonesia untuk menjadi negara industri maju di dunia,” kata Wakil Sekjend Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) Rino Afrino di Jakarta Sabtu (21/10/2017)

APKASINDO sebagai organisasi petani sawit terbesar di Indonesia, melihat kunker Jokowi sangat memotivasi semangat petani sawit di Indonesia untuk meningkatkan pengelolaan sawit berkelanjutan.“Maju mundurnya kelapa sawit sangat mempengaruhi kehidupan dari 22 juta masyarakat pekerja sawit, sehingga dampaknya besar bagi pembangunan ekonomi, khususnya upaya penciptaan lapangan kerja, penanggulangan kemiskinan dan ketimpangan di Indonesia.”

Dukungan pemerintah yang jelas juga terlihat dari kerja keras Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian dan Kementerian Luar Negeri untuk memajukan industri ini melalui berbagai forum  nasional dan global.”Keberpihakan pemerintah Jokowi sangat jelas dan perlu diapresiasi melalui kerja keras dan pantang menyerah dari para pemangku kepentingan sawit dalam berbagai forum,” kata Rino.

Sementara itu di tempat terpisah, anggota komisi IV Firman Subagyo menilai, pemerintahan Jokowi menyadari pentingnya upaya  melindungi komoditas strategis seperti sawit dari gempuran berbagai hambatan dagang serta kampanye negatif.

Mengacu pada sejarah, negara-negara industri maju di dunia umumnya memulai keberhasilannya dengan kebijakan melindungi komoditas strategis mereka. Amerika Serikat misalnya, sejak ratusan tahun lalu hingga kini tetap melindungi empat komoditas strategis mereka yakni gandum, kapas, kedelai dan jagung .”Proteksi pemerintah AS tidak hanya soal hambatan dagang, namun juga ketersediaan lahan yang mencukupi serta subsidi bagi petani secara besar-besaran,” kata Firman Subagyo.

Ketua Forum Tani Indonesia (Fortani) Wayan Supadno  mengharapkan, peluang ini harus dimanfaatkan para lulusan perguruan tinggi kembali ke desa untuk menanam sawit. “Pemerintah perlu mendorong para lulusan perguruan tinggi terutama dari fakultas pertanian untuk menjadi wirausaha muda sawit,” kata Wayan.

Wayan  yang juga petani sawit asal Pangkalan Bun mengungkapkan, keterlibatan wirausaha  muda sawit yang berpendidikan diharapkan mampu mepercepat pertumbuhan industri  sawit nasional.”Jika petani sawit berpendidikan, tidak mudah bagi industri ini disisipi oleh kepentingan kelompok tertentu seperti NGO.” kata dia.

Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Bambang mengatakan, program repalanting sawit dapat menghasilkan nilai tambah produktivitas sebesar Rp 125 triliun per tahun.

Menurut Bambang, dari total 11,9 juta hektare kebun kelapa sawit Indonesia terdapat 4,7 hektare perkebunan rakyat atau 48%. Sebanyak 2,4 juta hektare kebun sawit saat ini masih dikembangkan secara tradisional.