Prabowo-Gibran Terpilih, Asosiasi Sawit Harapkan Hilirisasi Makin Kuat

Oleh : Wiyanto | Jumat, 22 Maret 2024 - 15:34 WIB

INDUSTRY.co.id-Jakarta – Tiga asosiasi hilir industri sawit memberikan ucapan selamat kepada Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka sebagai Presiden dan Wakil Presiden 2024-2029.

Ketiga asosiasi tersebut adalah GIMNI (Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia), APROBI (Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia), dan APOLIN (Asosiasi Produsen Oleochemical Indonesia) yang menyakini kebijakan hilirisasi industri sawit dapat terus berjalan dan memberikan nilai tambah kepada perekonomian Indonesia.

Seperti diketahui, Komisi Pemilihan Umum (KPU) menetapkan pasangan nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka sebagai pemenang Pilpres 2024 dengan perolehan 96.214.691 suara atau 58,6%

“Kami ucapkan selamat atas terpilih kepada Prabowo-Gibran sebagai Presiden dan Wakil Presiden. Saya yakin Prabowo-Gibran sangat berkomitmen dalam program hilirisasi sawit. Ke depan, Indonesia berpeluang menjadi Raja Green Fuel di dunia,” kata Sahat Sinaga, Direktur Eksekutif GIMNI dalam Buka Puasa Bersama dan Temu media di Jakarta, Kamis (21 Maret 2024).

Di sela-sela acara, Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) dan Ketiga asosiasi hilir sawit ini kembali menjalin kerjasama untuk mendistribusikan bantuan kepada sejumlah yayasan dan lembaga sosial sebagai upaya menunjukkan kontribusi sawit bagi masyarakat di sekitar Jabodetabek. Sahat menjelaskan sangat optimis hilirisasi sawit semakin kuat karena visi misi keduanya melanjutkan program yang sudah berjalan.”Ketika berbicara dengan timses nomor 2, mereka sampaikan akan melanjutkan, tetapi melanjutkan dengan berbagai improvement,” ujar lulusan ITB Teknik Kimia ini.

Usulan berikutnya adalah Sahat meminta Prabowo-Gibran agar membentuk badan bernama Badan Sawit Indonesia. Sahat mengatakan terdapat 17 kementerian/lembaga pemerintah yang mengurusi sawit sebagai satu komoditas.”Ibaratnya dampak dari 17 kementerian ini lego jangkar sehingga kapal ini tidak bergerak. Makanya dibutuhkan badan khusus sawit ini supaya bisa cepat bergerak dan menghilangkan tumpang tindih regulasi.”

Sementara itu, Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (APROBI) berharap kepada presiden dan wakil presiden Indonesia yang baru untuk mendukung terus program biodiesel sebagai bagian transisi energi terbarukan. Dengan pemerintahan yang baru nanti diharapkan regulasi program biodiesel bisa lebih solid dan tidak menimbulkan multitafsir.

“Untuk tahun ini dan tahun-tahun mendatang, kami berharap nanti regulasi untuk semua Kepmen bisa lebih form dan solid agar tidak terjadi interpretasi yang berbeda-beda. Kami juga 2,5 tahun ini terus diperiksa Kejaksaan Agung,” ujar Sekjen APROBI Ernest Gunawan di kesempatan sama.

Dia mengaku percaya jika Prabowo-Gibran bisa membuat investor biofuel Indonesia lebih tenang ke depannya dalam investasi. Sebab, kata dia, hanya Prabowo-Gibran yang menyatakan komitmennya terus meningkatkan program biodiesel.

“Kita berharap dengan adanya wakil presiden muda juga, Gibran, nanti ke depannya peraturan-peraturan baik bagi pengusaha. Yang pasti mendukung apapun, kita akan mensuport dan berharap peraturan lebih save bagi kami investor,” ucap Ernest.

Lebih lanjut, dia juga menyebut pihaknya sedang menunggu arahan dari pemerintah terkait penerapan B40. Pemerintah Indonesia masih mempertimbangkan penerapan biodiesel 40 persen atau B40, menyusul dari sebelumnya B35. Sedangkan, Sekjen Asosiasi Produsen Oleochemical Indonesia (APOLIN) Rapolo mengharapkan kebijakan Harga Gas Bumi Tertentu  (HGBT) kepada 7 sektor industri termasuk oleokimia terus dilanjutkan. Kebijakan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) sebesar US$6 per MMBTU yang diberlakukan Pemerintah sejak 2020.

Pasalnya kebijakan ini memberikan nilai tambah kepada pelaku industri dari aspek investasi, ekspor, pendapatan pajak dan pembangunan daerah. Dampak dari kebijakan HGBT bagi sektor oleokimia adalah realisasi pajak mencapai Rp2,2 triliun pada 2021 dan Rp2,9 triliun pada 2022. Begitupula realisasi investasi sebesar Rp1,76 triliun pada 2021 dan Rp 2,3 triliun pada 2022.

“Kami harapkan kebijakan HGBT ini dilanjutkan dalam 5-10 tahun berikutnya,” jelas Rapolo.