Jadi Penyebab Utama Gangguan Penglihatan Pada Pasien Diabetes, JEC Telah tangani 10 Ribu Pasien DME

Oleh : Nina Karlita | Jumat, 24 Maret 2023 - 19:31 WIB

INDUSTRY.co.id - Yogyakarta – Diabetic Macular Edema (DME) menjadi penyebab utama gangguan penglihatan pada pasien diabetes melitus (DM). Di JEC Eye Hospitals and Clinics sendiri, di seluruh 13 cabangnya, selama tiga tahun terakhir (2019-2022) telah menangani sekitar 10.000 pasien yang terdiagnosis DME.

DME merupakan penebalan retina yang melibatkan atau mendekati bagian pusat makula. Terjadi karena akumulasi cairan eksudat (campuran serum dan sel yang keluar dari pembuluh darah ke ruang di sekitarnya akibat kebocoran pembuluh darah atau peningkatan permeabilitas pembuluh darah) yang terbentuk akibat kerusakan pada blood-retinal barrier pada lapisan endotel pembuluh kapiler retina.

Umumnya DME disebabkan oleh hipoksia (penurunan kadar oksigen dalam jaringan tubuh).

Menurut DR. Dr. Soefiandi Soedarman, SpM(K), dokter mata subspesialis Vitreoretina JEC Eye Hospitals and Clinics, yang juga Direktur Medik JEC @ Menteng, mengingat makula berperan penting dalam penglihatan sentral, penglihatan warna, serta penglihatan detail, penderita DME sangat berisiko mengalami penurunan penglihatan, bahkan sampai kebutaan.
 
"Karenanya, bagi penderita diabetes, deteksi dini dan penanganan tepat menjadi tahapan yang sangat penting dilakukan untuk mencegah progresivitas DME,” papar dr. Soefiandi.

DME juga merujuk pada komplikasi dari kondisi Retinopati Diabetik (Diabetic Retinopathy/DR) yang dipicu oleh kadar gula tinggi pada pasien diabetes sehingga mengakibatkan kerusakan pada pembuluh darah retina mata, terutama di jaringan-jaringan yang sensitif terhadap cahaya.

Meski demikian, munculnya DME dinilai terpisah dari tahapan retinopati (tingkatan kerusakan pada retina). DME dapat ditemukan pada mata dengan retinopati di tahapan manapun, dan progress-nya berlangsung secara terpisah.

Berangkat dari situasi tersebut, DR. Dr. Soefiandi Soedarman, SpM(K), Direktur Medik JEC @ Menteng mencetuskan penelitian mengenai perlunya parameter lain dalam menentukan progresivitas dan langkah penanganan DME.

Parameter itu tertuang dalam disertasi “Hubungan Kadar Serum Apolipoprotein A1, Apolipoprotein B Dengan Tingkat Keparahan, Progresivitas, dan Respon Terapi Diabetic Macular Edema Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2”.   

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kadar serum apolipoprotein A1, apolipoprotein B, dan rasio apolipoprotein B/A1 dengan progresivitas dan keberhasilan tatalaksana DME dalam kurun waktu enam bulan.

Melibatkan 53 pasien DR, penelitian mendapatkan hasil bahwa apolipoprotein A1 yang rendah, apolipoprotein B yang tinggi, dan rasio apolipoprotein B/A1 yang tinggi dapat berfungsi sebagai penanda prediktor progresivitas DME yang lebih akurat dibandingkan dengan parameter profil lipid. Apolipoprotein A1 secara khusus berkaitan dengan manifestasi klinis progresivitas DME.

Pemaparan hasil penelitian dilakukan secara tepat, akurat dan sistematis pada Ujian Terbuka, Program Doktor Ilmu Kedokteran dan Kesehatan, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, yang berlangsung tanggal 20 Maret 2023, mengantarkan DR. Dr. Soefiandi Soedarman, SpM(K) meraih gelar Doktor.  

Penelitian ini semakin relevan dengan situasi DM yang masih mengkhawatirkan. Prevalensi global DM mencapai 537 juta orang dewasa (20-79 tahun) pada 2021. Sementara jumlah penderita diabetes di Indonesia, data terakhir International Diabetes Federation menyebut angka 19,5 juta orang, tertinggi kelima di seluruh dunia. Bahkan diperkirakan akan terus meningkat menjadi 28,6 juta jiwa pada 2045.