Pusat Kesehatan Malaysia Menawarkan Pengalaman dan Pengobatan Kanker Paru Terbaik

Oleh : Herry Barus | Jumat, 24 Maret 2023 - 09:32 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta - Menurut World Cancer Research Fund International, kanker paru-paru adalah jenis kanker paling umum kedua di dunia. Selain itu, pria dua kali lebih mungkin didiagnosis menderita kanker paru-paru daripada wanita. Bagi mereka yang perokok, atau baru saja berhenti merokok, Malaysia Healthcare memberikan pilihan yang layak untuk memastikan status kesehatan Anda, dan mungkin mencari perawatan lebih lanjut. Negara ini menawarkan sejumlah pilihan skrining kanker yang efisien dan mudah diakses. Selain itu, sebagian besar rumah sakit di sana memiliki kemampuan untuk berfungsi sebagai pusat terpadu untuk segala hal yang berkaitan dengan kanker, mulai dari skrining hingga diagnosis, perawatan, dan perawatan lanjutan.

Dr. Chong Kwang Jeat, Konsultan Onkologi Klinis di Mahkota Medical Centre dalam siaran persnya Jumat (24/03/2023) , menjelaskan beberapa jenis pengobatan terpadu yang disediakan untuk pasien kanker. “Saya ingin mengatakan bahwa kelebihan dari Mahkota Medical Centre adalah kami menyediakan pelayanan yang menyeluruh. Kami menyediakan layanan psikologis, fisioterapi, terapi okupasi, diagnosis, dan tes lanjutan, semuanya ditawarkan sebagai layanan yang terpadu di dalam rumah sakit.”

Jika Anda telah menjadi perokok berat selama bertahun-tahun, pemeriksaan skrining untuk kanker paru-paru dapat menyelamatkan hidup Anda. Meskipun kanker ini paling mudah diobati pada tahap awal, sebagian besar pasien kanker paru-paru baru didiagnosis pada tahap yang telah lanjut. Bagian dari masalah ini adalah banyak orang dengan kanker paru-paru tidak menunjukkan gejala sampai pada tahap yang lebih lanjut.

Sementara itu Catherine Lee May Ling, Direktur Pusat Layanan Citra Kanker & Radioterapi, Subang Jaya Medical Centre (SJMC), mengatakan bahwa yang membuat kanker sangat berbahaya adalah bagaimana kankernya bermutasi. "Kanker bisa beredar di seluruh aliran darah. Dari aliran darah, bisa menyebar ke bagian tubuh lainnya. Misalnya, bisa menyebar ke paru-paru, hati, dan otak," katanya.

Menurutnya sangat penting untuk memberantas kanker dan mengobatinya sebelum menyebar ke bagian tubuh yang lain. Namun, ia menambahkan bahwa tidak seperti metode konvensional yang dapat membuat pasien harus kembali ke rumah sakit lebih dari belasan kali, di Subang, mereka telah memangkasnya menjadi satu sesi saja. Ini sangat praktis bagi wisatawan kesehatan yang kemungkinan tidak dapat melakukan perjalanan kembali berulang kali.

Wisatawan kesehatan yang memilih Malaysia juga dapat mengharapkan kunjungan individu yang efisien. Dr. Malwinder Singh Sandhu, seorang Konsultan Onkologi Klinis di Pantai Hospital Kuala Lumpur (PHKL), mengatakan bahwa untuk pasien yang memiliki risiko tinggi terkena kanker paru-paru, CT scan dosis rendah harus dilakukan. Proses ini hanya membutuhkan waktu 10 menit saja.

PHKL juga menawarkan layanan terpadu yang komprehensif di Pusat Spesialis Paru, yang merupakan pusat terpadu untuk skrining dan diagnosis. Ini mencakup tim multidisiplin dari ahli bedah hingga dokter perawatan paliatif, dan berfokus pada uji klinis.

"Unit uji klinis kami adalah salah satu faktor yang membedakan PHKL dari negara lain di dunia. Saat ini ada setidaknya 10 studi klinis aktif yang menerima pasien, dan setelah terdaftar dalam uji klinis, pasien dapat menerima obat-obatan terbaru bahkan yang belum dirilis ke masyarakat umum," kata Dr. Malwinder.

Selama bertahun-tahun, Malaysia telah menjadi tujuan utama bagi wisatawan kesehatan dari Indonesia. Pada tahun 2019 saja, lebih dari 670.000 orang Indonesia berkunjung ke Malaysia untuk berobat.

"Selain pengobatan onkologi yang luar biasa, Malaysia Healthcare juga memberikan pengalaman akan pelayanan yang sangat baik dan terpadu. Kami berharap dapat memberikan wisatawan kesehatan dari Indonesia sebuah pengalaman layanan kesehatan yang 'Lebih Dekat, Lebih Terjangkau' di tempat yang aman dan dapat dipercaya," kata Mohd Daud Mohd Arif, CEO Malaysia Healthcare Travel Council (MHTC)."