Siapa pun Ketua Umum PSSI, jika Tak Berani Lawan Mafia, Sepak Bola Hanya Olahraga Cari Keringat

Oleh : Abi Hasantoso | Kamis, 16 Februari 2023 - 21:22 WIB

INDUSTRY.co.id -  Kongres Luar Biasa PSSI pada Kamis 16 Februari 2023 hari ini tidak akan mendapatkan Ketua Umum PSSI yang kita semua harapkan: berani melawan mafia sepak bola kita yang sudah hampir tiga puluh tahun ini menguasai dan mengatur hasil pertandingan serta para pemain sepak bola kita sudah hancur mentalnya akibat pengaturan permainan di luar lapangan.

“Ketika jadi manager sebuah klub sepak bola para pemain tim saya cuma punya dua hal di dalam kepala mereka masing-masing sebelum bertanding masuk ke dalam lapangan, kalau tim menang berarti wasit dan pemain lawan ada yang disuap dan begitu pun sebaiknya bila tim kalah,” kata Indah Kurniawati, yang kini jadi Anggota DPR RI, dalam sebuah diskusi bersama Penggagas Gerakan Reformasi Sepak Bola Nasional Indonesia Arifin Panigoro di sebuah rumah makan di Surabaya pada suatu malam di bulan Agustus 2010.

Pernyataan Indah Kurniawati di atas sesungguhnya adalah akar utama masalah sepak  bola kita dan masih sangat-sangat relevan untuk kita garis bawahi karena sampai detik ini belum juga dibenahi.

Bahwa sepak bola kita yang dikuasai mafia sudah begitu sangat rusak sekali.

Sudah merusak mental bertanding para pemain yang imbasnya sampai ke Tim Nasional Sepak bola Indonesia.

Para pemain tim nasional kita - selain tertinggal secara kemampuan fisik dan teknik bermain di bawah Thailand, Vietnam, Malaysia, dan Singapura - kini tak lagi memiliki mental juara untuk menang dan membuat bangga bangsa dan negara.

Untuk diketahui Tim Nasional Sepak Bola Indonesia SUDAH TIDAK PERNAH JUARA LAGI di tingkat Asia Tenggara setelah terakhir kali meraih Medali Emas SEA Games Manila 1991. Bahkan, Indonesia TIDAK PERNAH JUARA PIALA AFF sekali pun sepanjang sejarah kejuaraan yang levelnya paling rendah di dunia.

Itu artinya sepak bola kita TIDAK PUNYA PRESTASI yang patut dibanggakan sejak 32 tahun lalu, sepak bola kita tak lebih sebagai olahraga cari keringat dan buat makan sehari-hari saja.

Kehadiran para pejabat negara yang maju mencalonkan diri sebagai Calon Ketua Umum PSSI dan Calon Wakil Ketua Umum PSSI di KLB 2023 ini bukan demi kemajuan sepak bola kita. Percayalah, mereka mau maju jadi Ketua Umum PSSI/Wakil Ketua Umum PSSI cuma buat cari popularitas dan menaikkan elektabilitas menjelang Pemilu 2024. Tidak ada motif lain selain itu.

Dari dokumentasi catatan sepak bola kita, ada Calon Ketua Umum PSSI yang tidak pernah berani maju mengajukan diri di pemilihan-pemilihan Ketua Umum PSSI sebelum-sebelumnya walaupun namanya pernah disebut-sebut.

Tidak berani maju karena tahu harus mengeluarkan uang gede banget buat dapat suara dan belum tentu juga menang karena para pemilik suara di KLB PSSI terbiasa main di banyak kaki. Sekarang berani maju karena merasa dapat dukungan dari pemerintah.

Yang lucu ada seorang menteri yang mengurusi olahraga dan lebih dekat berurusan dengan PSSI justru cuma berani mendaftarkan diri maju sebagai Calon Wakil Ketua Umum PSSI dan juga diduga memanfaatkan fasilitas kegiatan sosialisasi UU Keolahragaan Nasional untuk konsolidasi dengan para pemilik suara di KLB PSSI 2023 ini.

Mau tahu mengapa sepak bola kita tidak akan pernah maju?

Kita lihat saja rencana kerja empat kadidat Calon Ketua Umum PSSI 2023-2027 yang sangat biasa-biasa saja, tidak ada yang “out of the box”, dan tidak ada program melawan mafia sepak bola kita termasuk oleh dua kandidat kuat yang bilangnya punya “nyali” dan punya “nyala” buat melawan mafia.

Selain itu, orang-orang yang selama ini diketahui sebagai bagian penghancur (prestasi) sepak bola kita masih akan masuk dalam rombongan kepengurusan PSSI 2023-2027 dan bahkan mereka menjadi tim sukses salah satu kandidat kuat Ketua Umum PSSI 2023-2027.

Oh, ya, jangan lupakan juga bahwa KLB PSSI 2023 ini sesungguhnya merupakan permainan yang jauh dari kata FAIRPLAY. KLB PSSI 2023 ini semacam “kudeta tak berdarah” untuk melengserkan Ketua Umum PSSI 2019-2023, yang masih punya masa jabatan sampai bulan November nanti, dengan memanfaatkan momentum Tragedi Kanjuruhan dan bentuk pengkhianatan oleh para pembantu terdekatnya.

Selain itu, ada tindakan yang tidak demokratis di KLB PSSI 2023 yang berlangsung di Hotel Shangri-La Jakarta pada hari Kamis (16/3) ini: Petahana Ketua Umum PSSI 2019-2023 dilarang maju ikutan kontestasi di KLB PSSI 2023 oleh seorang menteri padahal dia punya hak untuk maju lagi. 

Penulis: Abi Hasantoso

Anggota Gerakan Reformasi Sepak Bola Nasional Indonesia 2010-201