Industri Batik Nasional Memiliki Daya Saing Komparatif dan Kompetitif di Atas Rata-Rata Dunia

Oleh : Robert Barus | Minggu, 09 Juli 2017 - 10:30 WIB

INDUSTRY.co.id, Jakarta - Di tengah persaingan global yang semakin kompetitif dan dinamis, preferensi konsumen terhadap produk ramah lingkungan terus meningkat. Kehadiran dari inovasi produk batik warna alam mampu menjawab tantangan tersebut dan diyakini dapat meningkatkan peluang pasar batik saat ini.

Perlu diketahui, industri batik selain memenuhi kebutuhan sandang dalam negeri juga berperan penting dalam menggerakkan perekonomian nasional. Menilik catatan Kemenperin, untuk nilai ekspor kain batik dan produk batik pada tahun 2016 mencapai USD149,9 juta dengan pasar utamanya Jepang, Amerika Serikat, dan Eropa.

Dimana pelaku usaha batik di Indonesia didominasi oleh industri kecil dan menengah (IKM) yang tersebar di 101 sentra. Jumlah tenaga kerja yang terserap di sentra IKM batikpun mencapai 15 ribu orang.

Data diatas tersebut menunjukkan bahwa industri batik memang memiliki peran penting bagi penggerak perekonomian nasional melalui penumbuhan wirausaha, penyedia lapangan kerja, dan penyumbang devisa negara, papar Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dalam acara Gelar Batik Nusantara 2017 yang diselenggarakan oleh Yayasan Batik Indonesia, di Jakarta, Juni lalu.

Industri batik telah berkembang menjadi sektor usaha yang ramah lingkungan seiring semakin meningkatnya penggunaan zat warna alam pada kain wastra tersebut. Hal ini juga menjadikan batik sebagai produk yang bernilai ekonomi tinggi. Bahkan, pengembangan zat warna alam turut mengurangi importasi zat warna sintetik.

Oleh karena itu, kami terus mendorong para perajin dan peneliti agar terus berinovasi mendapatkan berbagai varian warna alam untuk bisa mengeksplorasi potensinya, sehingga memperkaya ragam batik warna alam Indonesia, ujarnya.

Menurut Menperin, di tengah persaingan global yang semakin kompetitif dan dinamis, preferensi konsumen terhadap produk ramah lingkungan terus meningkat.

Kehadiran batik warna alam mampu menjawab tantangan tersebut dan diyakini dapat meningkatkan peluang pasar saat ini, ujarnya.

Apalagi, melihat perdagangan produk pakaian jadi di dunia yang mencapai USD442 miliar, menjadi peluang besar bagi industri batik nasional untuk meningkatkan pangsa pasarnya, mengingat batik sebagai salah satu bahan baku produk pakaian jadi.

Industri batik nasional memiliki daya saing komparatif dan kompetitif di atas rata-rata dunia. Indonesia menjadi market leader yang menguasai pasar batik dunia, tegas Airlangga.

Sementara itu, Dirjen IKM Kemenperin Gati Wibawaningsih menyampaikan, pihaknya terus melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas dalam pengembangan batik warna alam Indonesia. Misalnya, pengembangan batik warna alam yang memiliki ketahanan cuci dan gosok, sehingga warnanya lebih tahan lama. Untuk itu, diperlukan teknik pewarnaan alam yang lebih efisien, tuturnya.

Dalam mendukung pengembangan industri batik nasional, Gati mengemukakan, Ditjen IKM Kemenperin telah melakukan berbagai kegiatan strategis, antara lain program peningkatan kompetensi SDM, pengembangaan kualitas produk, standardisasi, fasilitasi mesin dan peralatan serta promosi dan pameran. Program ini diberikan kepada para perajin dan pelaku usaha batik untuk meningkatkan daya saing dan kapasitas produksinya, jelas Gati.

Selanjutnya, untuk meningkatkan akses pasar,Kemenperin juga memiliki program e-Smart IKM. Kami juga mendorong agar industri batik memanfaatkan berbagai fasilitas pembiayaan seperti KUR, LPEI dan insentif lainnya untuk memperkuat struktur modalnya, sebut Gati.

Senada dengan Gati, ketua panitia Gelar Batik Nusantara 2017, Etna Giatna mengatakan, kegiatan tahun ini mengusung tema Pesona Batik Warna Alam. Tema tersebut, menurutnya, berkaitan dengan sejarah dalam perjalanan perkembangan batik di Indonesia. "Pewarnaan batik awal mulanya dari keanekaragaman hayati kulit kayu, daun, buah, bunga dari berbagai tanaman yang ada di lingkungan sekitar," terangnya.

KONTRIBUSI 46 PERSEN

Di kesempatan berbeda, Yantie Airlangga selaku istri Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto saat membuka Pameran Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) 2017 di Plasa Pameran Industri, Kementerian Perindustrian, Jakarta, mengatakan, pengusaha wanita memegang peranan penting dalam mendorong perekonomian nasional.

Mayoritas pengusaha wanitaberskala mikro dan kecil adalahyang bergerak di sektor fesyen,aksesoris, dan olahan makanan. Mereka menyerap banyak tenaga kerja. Bahkan, kami yakin jumlah pengusaha wanitaterus bertambah, ungkapya.

Menurut Yantie, yang juga Pembina Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kemenperin, pengusaha wanita mampu memberikan kontribusi sebanyak 46 persen dalamsektor perekonomian.

Pada tahun 2015, jumlah pengusaha wanita sebanyak 12,7 juta orang,meningkat menjadi 14,3 juta orang pada tahun 2016. Oleh karena itu, pemerintah terus melakukan pemberdayaan wanita dalam upaya peningkatan dan pemerataan ekonomi di Indonesia.

Dalam pengembangan industri nasional, kami melihat pemerintah terus berupaya meningkatkan peran sektor industri kecil dan menengah (IKM) sebagai pilar dan penggerakperekonomian nasional, papar Yantie.

Hal senada disampaikan Dirjen IKM Kemenperin Gati Wibawaningsih. Menurut Gati, IKM memegang peran penting dalam penguatan struktur industri dan utamanya untuk perekonomian nasional. Selain menyerap banyak tenaga kerja, IKM juga berperan dalam mendistribusikan hasil-hasil pembangunan di Indonesiasehingga mengurangi kemiskinan dan kesenjangan sosial di masyarakat.

Apalagi, Indonesia diberkahi oleh bonus geografis dan demografis, karena selain kaya akan hasil alam, mayoritas penduduk Indonesia berada di usia produktif, tuturnya.

Gati mencatat, jumlah angkatan kerja penduduk Indonesia saat ini sebanyak 131,55 juta jiwa. Namun tingkat partisipasi angkatan kerja masih didominasi oleh pria dengan jumlah 83,05 juta jiwa, dan wanita sejumlah 55,04 jutajiwa.

Meskipun demikian, peningkatan persentasepengusaha wanita dari tahun ke tahun lebih tinggi dari peningkatan pengusaha pria, pungkasnya. (Robert Barus)