Kesenjangan Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Buah

Oleh : Hariyanto | Senin, 26 September 2022 - 08:57 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta - Mengolah buah menjadi makanan dan minuman tentu pernah kita lakukan, demikian juga buah yang sudah dikemas dalam kaleng. Untuk dicampurkan ke makanan dan minuman tentu tidak sulit mendapatkan buahnya, anda tinggal datang ke toko buah terdekat.

Buah dalam kaleng tidak dapat kita temukan di penjual buah dipinggir jalan. Buah kaleng mudah ditemui di pasar-pasar swalayan modern. Dengan memesan secara online anda pun bisa untuk mendapatkan buah kaleng.

Buah dalam kaleng dikategorikan kedalam industri karena memang dalam proses pengolahannya, hampir semua menggunakan mesin produksi. Untuk pasar ekspor, buah kaleng yang bisa diandalkan karena selain pengemasan yang rapat, juga lebih memiliki daya tahan dalam waktu yang lama.

Didalam artikel ini, kita membahas potensi industri buah olahan yang diyakini masih memiliki potensi yang bagus. Kalau kita melihat perluasan ekspor industri buah olahan, tentu dapat disimpulkan bahwa pasar luar negeri masih membutuhkan buah olahan.

Industri pengolahan buah dalam negeri tetap prospektif dengan perluasan pasar ekspor ke Spanyol, Amerika Serikat, Jepang, Singapura, dan Korea Selatan. Akan tetapi, harus diakui bahwa masih ada kesenjangan yang tinggi antara produktivitas di industri hulu dan hilir. 

Kementerian Perindustrian mencatat Indonesia memiliki enam industri pengolahan buah antara skala kecil dan menengah, dengan total kapasitas produksi sebesar 5.500 ton per tahun. Sementara itu di hilir, terdapat 41 perusahaan dengan total kapasitas produksi mencapai 430.000 ton per tahun. Artinya, sisa kebutuhan yang tidak bisa dipenuhi dari industri antara dalam negeri didapat melalui impor. 

Dirjen Industri Agro Kemenperin mengatakan industri pengolahan buah dalam negeri pada umumya sudah bermitra dengan kelompok petani atau koperasi buah lokal untuk mendapatkan bahan bakunya. Kemitraan itu perlu didorong untuk mengurangi ketergantungan impor bahan baku berupa buah.

Dari sisi kinerja ekspor, industri pengolahan hortikultura, yang di dalamnya termasuk industri pengolahan buah, membukukan US$ 383 juta pada tahun 2021.. Nilai tersebut meningkat 22,79 persen dibanding tahun sebelumya sebesar US$ 312 juta.

Industri pengolahan buah yang sudah berorientasi ekspor semenjak awal mula berdiri sudah mencatatkan nilai ekspor pada 2021 industri agro mencapai US$v64,55 miliar, yang di antaranya juga disumbang oleh industri pengolahan buah. 

Dengan pasar ekspor yang terus melebar, diyakini industri pengolahan buah dalam negeri sudah mampu memenuhi permintaan pasar luar negeri terutama dari segi kualitas. 
Produk antara pengolahan buah memiliki peluang pengembangan yang besar.

Potensi buah dalam negeri dengan jumlah produksi sangat besar yang perlu diolah lebih optimal, antara lain pisang dengan jumlah produksi 7,2 juta ton per tahun, mangga (2,6 juta ton), jeruk siam (2,4 juta ton), nanas (1,8 juta ton), dan pepaya (887.000 ton).

Apa yang menjadi masalah adalah adanya kesenjangan antara impor dan ekspor. Nilai ekspor kita yang tinggi ternyata membuat pasar luar negeri menjadi kekurangan akan buah, dan apa yang terjadi kemudian adalah dengan terpaksa kita melakukan impor untuk memenuhi kebutuhan buah nasional.

Sekilas kalau kita amati, toko buah terdekat dengan kita lebih banyak menjual buah impor daripada buah yang asli dari petani buah. Menjadi sesuatu yang aneh apabila ekspor lebih banyak dan impor pun menjadi meningkat.

Ada kesepakatan dengan kemenperin bahwa sektor hulu dan hilir memang harus berjalan seiringan. Pada sektor hulu, kalau kita melihat angka impor, maka ada beberapa hambatan yang mungkin terjadi di sektor hulu, seperti misalnya kurangnya lahan untuk menanam buah, kemungkinan besar juga karena perubahan iklim, atau memang keuntungan yang didapatkan petani tidak besar.

Pada sektor hilirnya tidak dikendalikan, petani buah lebih akan menjual hasil ladangnya kepada industri buah yang memang berorientasi ekspor. Keuntungan yang didapatkan lebih besar daripada petani menjual buah di pasar dalam negeri.

Jika kita melupakan sektor hulu, yaitu harga jual dari petani maka yang terjadi adalah seperti yang kita lihat saat ini. Buah impor banyak menyerbu pasar dalam negeri. Sedangkan buah asli dalam negeri malah merambah pasar luar negeri.

Tentu industry pengolahan buah sudah beberapa yang menjalin kemitraan dengan petani. Tanpa diminta kemitraan pun, petani buah akan secara otomatis menjual hasil panennya kepada industri buah olahan, tentu dengan harga yang lebih tinggi ketimbang menjual sendiri di pasar dalam negeri.

Kalau kita genjot pasar ekspor tentu pasar luar negeri itu memiliki ketergantungan kepada negara kita untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri mereka. Jadi memang perlu adanya kendali atas impor dan ekspor buah untuk menjaga keseimbangan kebutuhan buah didalam dan luar negeri.

Semoga kedepannya jika kita berkunjung ke toko buah terdekat, buah impor akan semakin berkurang. Harapannya kedepan pun nilai ekspor kita semakin meningkat.

Buah mengandung gizi yang sangat baik untuk kesehatan, yuk makan buah. Kebutuhan buah anda akan dilayani dengan baik oleh SayurBox, segera belanja buah di SayurBox dan nikmati pengiriman yang cepat dengan pilihan SayurKilat.