Arist Merdeka Sirait : Hanya di Indonesia yang Masih Menggunakan Kemasan Berbahaya Mengandung BPA

Oleh : Herry Barus | Rabu, 18 Mei 2022 - 08:00 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta- Ketua Komnas Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait, kembali mencermati upaya penyelidikan KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha) atas pelabelan pada galon ulang.

Pihaknya mensinyalir adanya laporan dari industri atau asosiasi yang berusaha menghambat dan mengintervensi rancangan Perubahan Kedua atas Perka No 31 Tahun 2018 Tentang Label Pangan Olahan.

"Saya mencermati adanya upaya dari industri atau asosiasi yang tetap ingin pelabelan informasi BPA tidak jadi disahkan,” ujar Arist Merdeka Sirait, kepada wartawan Budaya Eddi K di Jakarta kermarin.

Arist menegaskan ada pihak yang mencoba menyudutkan BPOM melalui laporan kepada KPPU dengan pengalihan bahwa masalah BPA merupakan persaingan usaha.

“Padahal rancangan Perubahan Kedua atas Perka BPOM No 31 Tahun 2018 Tentang Label Pangan Olahan ini benar-benar bertujuan untuk perlindungan kesehatan anak-anak Indonesia," ungkapnya.

Arist merasa geram -- bahkan merasa dilecehkan. Bagaimana tidak? Upaya Komnas Perlindungan Anak untuk melindungi anak-anak Indonesia agar hidup dan berkembang dengan sehat seperti anak-anak lain yang hidup di negara maju mendapat hambatan.

Secara tegas Arist mengatakan, jika langkah BPOM dianggap menguntungkan satu pihak, maka jelas pernyataan tersebut melukai anak-anak Indonesia. Sejak awal, kata Arist, Komnas Perlindungan Anak Indonesia telah memperjuangkan masalah ini.

Komnas Perlindungan Anak dari dulu hingga kini tetap konsisten memperjuangkan hak-hak anak agar bisa hidup dan berkembang secara sehat di bumi Indonesia.

“Jika BPOM mensahkan Perubahan Kedua atas Perka No 31 Tahun 2018 Tentang Label Pangan Olahan yang diuntungkan adalah anak-anak Indonesia. Mereka bisa mengkonsumsi dari kemasan yang Free BPA," tegasnya.

Arist lebih jauh menegaskan, hanya di Indonesia yang masih menggunakan kemasan yang mengandung BPA. Di negara lain termasuk Tiongkok yang berpaham Komunis pun sudah tidak menggunakan plastik yang mengandung BPA sebagai kemasan makanan atau minuman yang akan dikonsumsi oleh bayi dan anak.

“Apakah kita hidup di dunia lain sehingga tidak bisa mengakses hasil penelitian tentang BPA. Riset tentang bahaya BPA itu tersebar begitu banyak. Dampak yang ditimbulkan juga mengerikan,” paparnya geram.