Kolaborasi dan Inovasi Disebut Jadi Kunci Dalam Digitalisasi Agrikultur di Asia

Oleh : Hariyanto | Rabu, 13 April 2022 - 20:03 WIB

INDUSTRY co.idJakarta - Pemanfaatan teknologi yang tepat dapat memberikan manfaat bagi kelangsungan hidup manusia, termasuk sektor agrikultur. Digitalisasi agrikultur menjadi salah satu inovasi dalam mendorong sektor pertanian, khususnya bagi negara-negara agraris di Asia.

Penggunaan teknologi dalam agrikultur memberikan keuntungan baik bagi produsen maupun konsumen.

“Sebagai Bursa Komoditi, kami ingin menjadi bagian dari sektor pertanian modern. Dengan menggunakan teknologi, petani dapat mempelajari apa yang diinginkan pasar," kata CEO ICDX, Lamon Rutten, yang dikutip INDUSTRY.co.id, Rabu (13/4/2022).

Dalam pertanian modern, kata Lamon Rutten, petani mengetahui apa yang diinginkan pasar dan kemudian memproduksinya. Menurutnya, hal lain yang penting kemudian adalah untuk memiliki tempat pasar yang baik, dan ICDX berharap dapat menjadi pasar itu.

"Kami dapat menyediakan tulang punggung teknologi untuk gudang yang akan menghubungkan petani dengan konsumen, dan ini akan memungkinkan petani untuk memasok ke konsumen secara lebih efisien, mengurangi limbah dalam rantai pasokan," imbuhnya.

Salah satu perusahaan rintisan yang bergerak di bidang pengembangan teknologi agrikultur, TaniHub dalam Webinar Digitalization for Agriculture in Asia (11/4/2022) menjelaskan banyak petani di Indonesia yang miskin karena buruknya sistem supply chain agrikultur di Indonesia.

Petani harus melewati middle man untuk dapat menjual hasil produksinya, selain itu sering kali ditemukan ketidakcocokan stok di pasar sehingga banyak hasil produksi yang kemudian menjadi sia-sia.

“Dengan pemanfaatan teknologi digital, kami memberikan akses ke pasar bagi petani, perkiraan permintaan, memindahkan produk lebih cepat sehingga dapat meningkatkan sistem supply chain.” kata CEO Tanihub, Pamitra Wineka.

Dalam webinar yang sama, Agricultural Economist, International Maize and Wheat Improvement Center (CIMMYT) mengatakan, pemanfaatan teknologi digital harus berada di tingkat yang dapat diterima lokal.

"Harus dipertimbangkan berapa banyak petani yang dapat memanfaatkannya, apakah mereka mampu menggunakannya, hingga bagaimana sistem pemerintah dan kerangka regulatory. Sehingga transisinya pun harus bertahap tidak bisa sekaligus," katanya.

Dalam digitalisasi agrikultur, kebijakan pemerintah berperan sebagai jembatan bagi pembangunan lintas sektor, yang mana akan mendorong sinergi dan partnership berbagai pihak.

E-agriculture dapat menjadi kerangka panduan bagi kerjasama antar sektor bagi manusia dan sumber daya dengan memanfaatkan pembangunan lintas sektoral.” ungkap Investment Officer, Digital Agriculture, Food and Agriculture Organization (FAO), Gerard Sylvester.

Kolaborasi multi stakeholder harus dipadukan dan setiap pihak harus mengambil bagian dalam inovasi ini, termasuk sektor swasta dengan mendukung pemerintah untuk membawa inovasi ini ke skala yang lebih besar. Selain itu, terobosan ini juga dapat membantu para petani agar mendapatkan harga yang baik bagi produknya.

“Manfaat dari inovasi ini bagi agribisnis dalam sektor swasta, yaitu dapat mendorong terjadinya price discovery, selain itu juga menciptakan peluang baru untuk investasi.“ kata Principal Natural Resources and Agriculture Specialist, Asian Development Bank (ADB), Michiko Katagami.

Selain dalam bisnis, digitalisasi agrikultur juga memberikan manfaat lingkungan. Pamitra Wineka mengatakan digitalisasi ini juga dapat mengurangi emisi karbon, karena petani tidak perlu mengantarkan produknya dari satu pasar ke pasar yang lain, sehingga jejak karbon dapat dikurangi. 

Lamon Rutten juga menambahkan, bahwa Digitalisation for Agriculture akan membuka peluang baru. Misalnya, melakukan proyek carbon offset skala kecil karena digitalisasi dapat secara radikal mengurangi biaya manajemen dan verifikasi.